Modul Pengantar Bisnis


 

MODUL 1

PENDAHULUAN : RUANG LINGKUP BISNIS DAN SISTEM BISNIS

  1. Sejarah Perkembangan Bisnis

Pada masa dulu, kegiatan bisnis dilakukan pada tingkat keluarga secara tertutup. Keluarga-keluarga tersebut berbisnis untuk memenuhi kebutuhan hidupnya seperti bahan makanan, membuat pakaian sendiri, membuat rumah sendiri, dan lain sebaginya. Mereka belum terpikirkan untuk membuat usaha yang bersifat komersil dengan meminjam modal untuk produksi yang besar.

Sampai munculnya Revolusi Industri yang membawa perubahan secara drastis , ditandai dengan adanya mesin uap yang menimbulkan perubahan pada sektor pertanian, dimana bajak yang tadinya menggunakan tenaga hewan, diganti dengan traktor yang bertenaga luar biasa. Kemudian muncul pula tenaga kerja yang mulai menerima upah, dengan demikian penghasilan keluarga bertambah dan mereka mampu untuk membeli barang lain yang dibuat oleh orang lain pula. Akhirnya ekonomi bertumbuh pesat dan memberi peluang berkembangnya pabrik-pabrik, perdagangan besar, perdagangan eceran dan perusahaan jasa baik perseorangan maupun persekutuan dengan menggunakan skill, teknologi dan sistem manajemen yang semakin efisien.

  1. Pengertian Bisnis

Bisnis berasal dari Bahasa Inggris yang berarti perusahaan, urusan atau usaha. Hughes dan Kapoor menyatakan Business is the organized effort of individuals to produce and self for a profit, the goods and services that satisfy society’s needs. The general term business refer to all such effort within a a society or within an industry. Dalam kata lain bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan dan menjual barang dan jasa ,guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Secara umum kegiatan ini ada di dalam masyarakat , dan ada di dalam industri. Orang yang berusaha menggunakan uang dan waktunya dengan menanggung resiko , dalam menjalankan kegiatan bisnis disebut entrepreneur. Untuk menjalankan kegiatan bisnis, maka entrepreneur harus mengkombinasikan empat macam sumber yaitu material, human, finansial, dan informasi.

Brown dan Petrello (1976) menyatakan bahwa “Business is an institution which produces goods and services demanded by people” artinya bisnis ialah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat. Apabila kebutuhan nasyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba.

  1. Klasifikasi Bisnis

Bisnis dalam melaksanakan kegiatannya dapat diklasifikasikan menjadi sembilan macam kegiatan yaitu :

  1. Usaha Pertanian

Usaha pertanian ini banyak macamnya seperti usaha peternakan, usaha perkebunan, pertanian, sawah, sayuran, buah-buahan, perikanan dan lain sebagainya.

  1. Produksi Bahan Mentah

Usaha produksi bahan mentah misalnya yang bergerak dalam bidang kehutanan, pertambangan, juga perikanan air tawar ataupun laut. Usaha menghasilkan bahan mentah ini sangat penting bagi industri lainnya. Jika usaha ini tidak ada, maka usaha industri akan mati dan toko-toko juga akan sepi.

  1. Pabrik atau Manufaktur

Usaha pabrik atau manufaktur biasanya dapat di lihat di sebuah lokasi khusus yang memang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam suatu kawasan industri tertentu. Usaha ini mengolah bahan mentah menjadi bahan baku sampai menjadi hasil jadi. Dalam industri manufaktur ini banyak sekali menyerap tenaga kerja.

 

 

  1. Konstruksi

Usaha konstruksi bergerak dalam usaha pembangunan, seperti pembangunan jalan-jalan, bangunan rumah, gedung pertokoan, rumah sakit, sekolah, bangunan perkantoran, pabrik dan berbagai bangunan lainnya. Kegiatan ini sangat penting artinya bagi kemajuan kegiatan perekonomian. Usaha ini memperkerjakan banyak tenaga manusia dan menggunakan barang dan jasa dari berbagai macam bahan seperti batu, kayu, semen, besi, cat dan sebagainya. Semua kegiatan ini akan menambah berkembanganya sebuah perekonomian.

  1. Usaha Perdagangan Besar dan Kecil

Dalam usaha perdagangan besar dan perdagangan kecil yang tersebar di seluruh pelosok tanah air, menggunakan tenaga kerja yang lebih besar. Seperti contohnya di Amerika Serikat, ada seperlima tenaga kerja  dari angkatan kerja  yang bekerja pada sector perdagangan kecil dan perdagangan besar ini. Usaha perdagangan besar dan perdagangan kecil ini snagat menunjang inti kegiatan system distribusi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen.

  1. Transportasi dan Komunikasi

Usaha ini membantu kelancaran kegiatan bisnis. Kegiatan transportasi membantu mengangkut bahan baku dan bahan jadi dari produsen ke perdagangan besar, ke perdagangan kecil dan ke konsumen. Semua kegiatan bisnis ini akan lumpuh jika kegiatan transportasi ini terhenti. Demikian pula kegiatan komunikasi seperti telepon, radio, TV, Internet, sangat memudahkan transaksi bisnis secara cepat dan efisien.

  1. Usaha Finansial, Asuransi dan Property

Usaha financial, asuransi dan property member kemudahan kepada kegiatan bisnis. Tanpa dunia perbankan, maka kegiatan binsis secara modern tidak mungkin berkembang karena perbankan memberikan kemudahan untuk mendapatkan kredit dan member fasilitas memudahkan terjadinya transaksi. Demikian pula usaha asuransi membantu mengatasi resiko yang mungkin terjadi dalam sebuah bisnis. Real estate membantu membangun perumahan dengan perencanaan pengaturan lingkungan yang sehat kemudian dijual secara cicilan kepada masyarakat.

  1. Usaha Jasa

Usaha jasa banyak disediakan seperti usaha yang dilakukan dalam bentuk reparasi, tukang cukur, salon kecantikan, guru, dosen, pengacara, dokter, bioskop, kegiatan olahraga, kerohanian dan sebagainya. Produksi yang mereka hasilkan sangat penting artinya bagi kegiatan ekonomi sekarang ini. Suatu kenyataan yang sering dihadapi adalah ketika penghasilan seseorang meningkat, maka akan meningkat pula kebutuhannya akan jasa.

  1. Usaha yang dilakukan oleh pemerintah

Pemerintah merupakan pembeli terbesar dari barang dan jasa, dan merupakan bisnis yang banyak menyerap tenaga kerja. Di samping itu, pemerintah sangat membantu dalam mengatur kegiatan bisnis dan menjaga kestabilan perekonomian dengan mengeluarkan berbagai peraturan seperti menentukan lokasi perusahaan atau pabrik,mengatur hak cipta,hak paten, melarang barang-barang berbahaya diperdagangkan secara bebas, mengeluarkan ijin-ijin perdagangan dan lain sebagainya.

  1. Usaha Hiburan / Entertainment

Usaha entertainment  adalah salah satu usaha yang bergerak dalam bidang hiburan, fungsi dari usaha ini adalah memberikan hiburan bagi masyarakat konsumen. Salah satu contoh dari bisnis hiburan adalah : tempat karaoke, bioskop, taman bermain dan lain-lain.

  1. Fungsi Dasar Bisnis

Fungsi dasar bisnis adalah :

  1. Acquiring Raw Materials (mencari bahan mentah)
  2. Manufacturing raw materials into products (merubah bahan mentah menjadi produk)
  3. Distributing product to consumers (menyalurkan barang ke tangan konsumen)

Selain ketiga fungsi dasar di atas, beberapa ahli menyatakan pendapat bahwa fungsi dari bisnis itu hanya dibagi menjai dua yaitu : production dan marketing. Production berkaitan dengan mencari bahan mentah dan memproses bahan mentah menjadi bahan jadi, kemudian marketing yaitu mendistribusikan atau memindahkan barang dari satu tempat ke tempat lainnya, yang menimbulkan kegunaan waktu, tempat dan pemilikan.

  1. Peluang Yang Disediakan Oleh Bisnis

Sebagai seorang manusia, kita ingin mendapat pekerjaan yang layak, mendapatkan kepuasan dari pekerjaan dan ingin mendapatkan tantangan serta harapan bagi masa depan. Peluang-peluang semacam ini disediakan oleh bisnis secara tidak terbatas, diperuntukkan bagi anak-anak muda yang penuh semangat, enerjik dan berani. Bisnis menyediakan lapangan pekerjaan dari berbagai tingkatan dan lapangan.

Dunia bisnis tanggap akan kekuarangan barang di  pasar guna memenuhi kebutuhan manusia sepanjang masa. Kegiatan ini tidak akan henti-hentinya dan menantang terus. Dunia bisnis bertumbuh dan berkembang pesat, sehingga sekarang di pasar dijumpai berjuta-juta macam barang dan jasa dihasilkan dan membutuhkan puluhan juta tenaga kerja.

Seorang mahasiswa yang tamat dari perguruan tinggi akan memiliki kuelitas pengetahuan atau keterampilan tertentu yang sangat berharga dan membantu dalam pekerjaan. Sekarang ini lapangan kerja tidak lagi diarahkan ke bidang pemerintahan akan tetapi anak muda mulai diarahkan pandangannya ke dunia bisnis, hal ini dilakukan karena sesuai dengan semangat orang muda yang selalu ingin mendapat tantangan guna mencoba kemampuannya.

  1. Tantangan-Tantangan Bisnis
  1. Tantangan Produktivitas

Dunia bisnis harus meningkatkan produktivitasnya karena mereka akan menghadapi pasar luas yang makin berkembang. Usaha meningkatkan produktivitas ini dapat dilakukan dengan cara:

  • Memperbaharui mesin-mesin dengan mesin modern, canggih, agar hasil produksinya tidak ketinggalan zaman dan efisien dalam melakukan proses produksi.
  • Mengembangkan kegiatan Research and Development. Pebisnis harus menyediakan dana agar desain bias berkembang, mutu dan pasar baru dari produk yang dihasilkan.
  • Banyak negara maju banyak dicoba pemakain robot untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaaan
  • Mengembangkan manajemen personalia agar karyawan dapat dimotivasi dalam menignkatkan produksi.
  • Melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan.
  1. Tantangan Kualitas

Konsumen merasa tidak senang membeli produk yang cepat rusak dan seringkali diperbaiki. Konsumennya pun tidak senang dengan perusahaan jasa yang tidak mau memperbaiki servisnya. Perusahaan yang baik kadang-kadang menunjuk seorang Kepala bagian atau seorang Wakil Direktur Urusan Kualitas. Meningkatkan mutu berarti membuat sesuatu yang menjadi lebih baik, dan tingkat efisiensi pun menjadi lebih baik pula.

Perbaikan kualitas ini tidak meyangkut produk saja, namun juga mencakup seluruh bagian dan tingkatan dalam perusahaan.

  1. Tantangan Pasar Global

Persaingan global makin lama makin meningkat. Oleh karena itu produktivitas dan kualitas produk harus ditingkatkan agar dapat menghadapi persaingan global tersebut. Jepang memperlihatkan keunggulan dalam hal ini. Ini dimungkinkan karena danya kerjasama pemerintah yang mensupport indsutri Jepang, sehingga memungkinkan industry Jepang melakukan penetrasi pasar global, untuk semua produk unggulan Jepang seperti mobil, elektronik, film, TV dan sebagainya.

  1. Faktor – Faktor Yang Menentukan Iklim Bisnis
  1. Investasi

Investasi adalah penggunaan sumber-sumber untuk menciptakan modal baru. Sejumlah uang seperti ini dapat dibelanjakan untuk peralatan, bangunan dan persediaan. Uang yang dikeluarkan untuk investasi baru tersebut akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perekonomian. Dalam kenyataannya pengaruh tersebut lebih besar dibandingkan dengan jumlah rupiah yang dikeluarkan langsung pada investasi. Hal ini menunjukkan bahwa pegaruh investasi itu berlipat ganda.

  1. Tabungan

Jumlah yang diputuskan oleh para pekerja untuk dtabung akan menentukan kuat lemahnya multiplier tersebut. Semakin banyak tabungan berarti semakin sedikit pengeluaran dan semakin lemah multiplier tersebut. Tetapi tabungan itu juga menjadi sumber untuk investasi modal di masa mendatang. Apa yang penting di sini adalah adanya keteraturan dan keterpercayaan terhadap tabungan sehingga iklim bisnis itu dapat diramalkan.

  1. Pemerintah

Pemerintah dapat berperan sebagai pengelola sistem bisnis. Pemerintah dapat meminjam uang untuk membelanjai kegiatannya. Dapat terjadi bahwa apa yang dipinjam lebih besar dariapda apa yang diterima. Jika ini terjadi maka pemerintah mengakui defisit. Pembelanjaan yang defisit ini dapat menjadi masalah dan dapat juga tidak menjadi masalah, tergantung pada situasi apakah dapat mendukung inflasi atau tidak.

Pemerintah dapat mempengaruhi sistem bisnis dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal yang diterapkan. Kebijakan moneter berkaitan dengan pengelolaan supply uang untk meningkatkan atau menurunkan permintaan, sedangkan kebiajakan fiskal digunakan untuk mempengaruhi permintaan dengan meningkatkan pajak atau meningkatkan pengeluaran pemerintah.

  1. Masalah Bisnis Yang Dihadapi Saat Ini

Tiga persoalan yang selalu mendapat perhatian dari pemerintah maupun masyarakat karena dapat mempengaruhi setiap konsumen dalam sistem bisnis kita saat ini adalah :

  1. Inflasi

Pada masa pemerintahan Orde Lama tingkat inflasi di Indonesia cukup tinggi hinga mencapai beberapa ratus persen. Mulai tahun 1970 keadaaan sudah lebih baik karena pemerintah waktu itu dapat menekan tingkat inflasi. Pada tahun 1985 tingkat inflasi di Indonesia secara total hanya berkisar 16%. Inflasi adalah suatu kenaikan harga-harga barang dan jasa secara umum dalam perekonomian.

Para ekonom telah lama merasakan bahwa inflasi itu sebuah proses yang membatasi sendiri. Hal ini disebabkan adanya ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Jika permintaan turun atau penawaran meningkat seharusnya tingkat inflasi lebih rendah.

  1. Produktivitas

Produktivitas adalah keluaran baranga dan jasa per unit tenaga kerja. Untuk meningkatkan produktivitas, orang tidak cukup hanya dengan bekerja keras, tetapi juga memerlukan peralatan dan metode kerja yang lebih baik. Disamping itu diperlukan juga peningkatan investasi, riset dan pengembangan, dan teknik-teknik manajemen yang lebih maju.

  1. Pengangguran

Tingkat pengangguran di Indonesia tidak dapat ditentukan secara tepat karena sulitnya mendapatkan data yang akurat. Bersamaan dengan resesi yang terjadi apda akhir-akhir ini bayank pekerja yang kehilangan pekerjaan. Pada umumnya pemutusan hubungan kerja ini terjadi karena perusahaan tidak mampu lagi membayar pekerja sebagai akibat turunnya pendapatan secara drastis. Namun tidak mustahil jika kondisi perekonomian membaik yang berpengaruh juga pada kondisi perusahaan, maka pemutusan hubungan kerja ini dapat dibatalkan dengan kata lain mereka ditarik kembali untuk bekerja.

  1. Usaha Perusahaan

Usaha perusahaan bergerak dalam bidang memenuhi kebutuhan konsumen akan barang dan jasa. Usaha perusahaan adalah memproduksi barang dan jasa, memproses bahan baku menjadi barang jadi, atau setengah jadi untuk digunakan oleh perusahaan lain. Usaha ini dapat pula berbentuk usaha jasa seperti bank, asuransi atau usaha yang bersifat professional seperti pengacara, konsultan, notaris, hotel, rumah sakit dan sebagainya. Bermacam-macam bisnis ini akan semakin berkembang sejalan dengan perkembangan masyarakat. Akhirnya terjadilah persaingan antara satu bisinis dengan bisnis lainnya. Persaingan yang sehat akan menimbulkan beberapa keuntungan :

  1. Harga bagi konsumen bias lebih rendah, karena produsen berusaha bekerja efisien dan menurunkan harga jual.
  2. Bisnis berusaha meningkatkan pelayanan bagi konsumen
  3. Bisnis berusaha menciptakan barang baru dan dengan mutu yang baik.
  4. Menghilangkan bisnis yang tidak mampu bekerja secara efisien dan yang memboroskan sumber daya.

Dari hasil penjualan barang dan jasa, bisnis memperoleh laba. Hal in sesuai dengan prinsip ekonomi. Akan tetapi di Negara kita tidak dibenarkan mencari keuntungan sebesar-besarnya tanpa memperhatikan kepentingan masyarakat. Usaha bisnis di Negara kita harus mempertimbangkan kepentingan masyarakat banyak, tidak boleh untuk kepentingan segelintir orang atau sekelompok orang. Laba ini sangat penting baik bagi bisnis sendiri maupun bagi pemerintah yaitu :

  1. Laba menjadi tujuan dari kegiatan bisnis, agar dapat menjaga kelangsungan bisnisnya
  2. Laba adalah sebagai insentif atau pendorong untuk bekerja lebih efisien.
  3. Laba yang dicapai merupakan ukuran standar perbandingan dengan bisnis lainnya.
  4. Laba akan merupakan penghasilan bagi pemerintah, karena semakin meningkat laba bisnis maka meningkat pula penghasilan pemerintah melalui system perpajakan.

 

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

 

MODUL 2

LINGKUNGAN BISNIS DAN ETIKA BISNIS

Lingkungan bisnis dapat diartikan sebagai keseluruhan dari faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi perusahaan baik organisasi maupun kegiatannya. Sedangkan arti lingkungan secara luas mencakup semua faktor ekstern yang mempengaruhi individu, perusahaan, dan masyarakat.

  1. Batasan Organisasi dan Lingkungan

Setiap organisasi baik itu bisnis maupun non bisnis pastiknya akan selalu berinteraksi dengan lingkungan dimana organisasi itu berada. Dalam bisnis, lingkungan menjadi penting karena salah satu faktor yang dapat menentukan keberhasilan sebuah bisnis adalah bagaimana bisnis itu dapat berinteraksi dengan lingkungannya dalam sebuah kondisi interaksi yang baik dan kondusif. Apabila kita berbicara mengenai lingkungan bisnis, maka akan terdapat dua macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan eksternal bisnis. Lingkungan internal bisnis dapat kita identifikasikan sebagai lingkungan yang ada di dalam bisnis itu sendiri, lingkungan ini dapat dipengaruhi oleh seorang pemilik bisnis secara langsung. Lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar bisnis itu sendiri. Lingkungan eksternal ini menjadi sangat penting dalam sebuah bisnis karena seorang pemilik bisnis tidak akan pernah bisa melakukan kontrol kepada lingkungan eksternal, hal ini terjadi karena lingkungan eksternal bisnis adalah lingkungan yang bebas atau independen yang tidak tergantung kepada siapapun kecuali pada dirinya sendiri.

Bisnis akan selalu membutuhkan lingkungan eksternalnya walaupun memang tidak dapat dipungkiri terkadang ada beberapa bisnis yang justru membuat peraturan-peraturan yang membatasi interaksi antara bisnis dengan lingkungannya. Hal ini akan membuat sebuah organisasi bisnis terpisah dari lingkungan eksternalnya sehingga dapat dipastikan bahwa organisasi bisnis tersebut tidak akan pernah bisa berkembang dan maju.

Sebuah lingkungan eksternal perusahaan dapat kita lihat pada gambar di bawah ini :

 

 

 

Dari gambar di atas maka terdapat beberapa lingkungan yang menjadi pembentuk lingkungan bisnis yaitu :

  1. Lingkungan Ekonomi

Lingkungan ekonomi akan mempengaruhi bisnis secara langsung, kondisi perekonomian sebuah negara akan sangat mempengaruhi akan berkembang atau tidaknya bisnis yang ada. Dis ebuah negara yang menganut sistem ekonomi tertutup, tentunya tidak akan pernah ada bisnis yang dap[at berkembang dengan baik, hal ini terjadi karena dalam negara dengan sistem perekonomian tertutup tidak ada kesempatan bagi para pelaku bisnis untuk dapat berinteraksi dengan negara-negara di luar negaranya sendiri. Sebaliknya di sebuah negara yang menganut sistem perekonomian liberal, maka kesempatan untuk mengambangkan bisnis pun menjadi sangat besar, karena di negara liberal yang sistem perekonomiannya kapitalisme, hak-hak pribadi dijunjung tinggi dan dapat dijadikan modal untuk pengembangan bisnisnya.

Selain dari sistem perekonomian yang dianut, faktor pendapatan per kapita penduduk sebuah negara pun berpengaruh terhadap kondisi bisnis yang ada. Apabila sebuah negara berada dalam kelompok negara miskin dengan tingkat income per kapita rendah, maka akan sulit untuk mengembangkan bisnis dengan lebih baik.

Sebuah negara akan melakukan dua kebijakan dalam pembangunan ekonominya, kebijakan tersebut adalah kebijakan fiskal dan kebijakan moneter. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan di bidang pendapatan dan pembelanjaan negara, sedangkan kebijakan moneter adalah kebijakan yang bertujuan untuk menjaga tingkat kestabilan mata uang yang berlaku di negara tersebut. Kebiajakn fiskal dan moneter ini biasa dilakukan untuk menjaga tingkat inflasi di sebuah negara. Tingkat inflasi yang tinggi akan sangat merugikan bagi para pelaku bisnis, hal ini dikarenakan inflasi dapat menyebabkan turunnya daya beli konsumen dan keuntungan produsen.

  1. Lingkungan Teknologi

Teknologi tentunya sangat mempengaruhi bisnis, perkembangan teknologi yang sangat pesat akan mempermudah sebuah proses bisnis, akan tetapi juga dapat menjadi bumerang bagi pelaku bisnis dalam hal kerahasiaan. Sebagai contoh, sebelum era internet kita harus menggunakan layanan surat dokumen yang diantar secara fisik oleh perusahaan ekspedisi. Akan tetapi dengan perkembangan teknologi, dengan adanya internet kita tidak perlu lagi saling berkirim surat fisik dengan waktu lama karena proses pengiriman. Akan tetapi perkembangan teknologi ini bagi beberapa bisnis menjadi sesuatu yang menakutkan bahkan menjadi penyebab beberapa perusahaan harus bangkrut karena tidak mampu lagi berakselerasi dengan perkembangan terknologi saat ini.

  1. Lingkungan Politik dan Hukum

Bisnis tidak akan pernah bisa menjauhkan diri dari lingkungan politik dan hukum, terlebih lagi untuk Indonesia yang merupakan negara hukum, segala perilaku baik bisnis maupun non bisnis diatur oleh hukum yang berlaku. Keputusan-keputusan hukum merupakan hasil atau perpanjangan proses dari hasil konsensu politik. Hal inilah yang menyebabkan faktor politik dan hukum sama pentingnya dengan lingkungan-lingkungan yang lain. Apabila bisnis yang sedang kita jalankan sesuai dengan apa peraturan yang sudah dibuat oleh pemerintah, maka bisnis itu akan berjalan dan berkembang dengan baik karena patuh hukum.

  1. Lingkungan Sosial Budaya

Lingkungan sosial budaya adalah lingkungan yang baerkaitan dengan nilai, norma dan sikap yang berlaku di masyarakat. Hal ini berpengaruh sangat besar dalam bisnis itu sendiri karena apabila sebuah bisnis tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan sosial dan budaya di mana bisnis tersebut berada, maka dapat dipastikan akan sulit untuk mengembangkan bisnis tersebut. Begitu banyak bisnis asing yang masuk ke dalam sebuah negara melalui berbagai macam cara, akan tetapi seringkali kita dengar bahwa bisnis dengan modal yang besar itu ternyata tidak sukses di negara tersebut. Hal ini kemungkinan disebabkan bisnis tersebut tidak mampu untuk beradaptasi dengan lingkungan sosial dan budaya yang sudah terbentuk lama dan menjadi nilai, norma dan perilaku yang anut oleh masyarakat sekitar.

  1. Pertanggung jawaban Sosial Perusahaan

Dalam membahas prinsip-prinsip etika profesi dan prinsip-prinsip etika bisnis, kita telah menyinggung tanggung jawab sebagai salah satu prinsip etika yang penting. Persoalan polemic yang harus dijawab pada tempat pertama adalah manakah kondisi bagi adanya tanggung jawab  moral. Manakah kondisi yang relevan yang memungkinkan kita menuntut agar seseorang bertanggung jawab atas tindakanya.

Paling kurang ada tiga syarat penting bagi tanggung jawab moral. Pertama, tanggung jawab mengandaikan bahwa suatu tindakana dilakukan dengan sadar dan tahu. Tanggung jawab hanya bisa di tuntut  dari seseorang kalua ia bertindak dengan sadar  dan tahu mengenai tindakannya itu serta konsekuensi dari tindakannya. Kalau seseorang  tidak tahu mengenai baik dan buruknya secara moral, dia dengan sendirinya tidak bisa punya tanggung jawab moral atas tindakanya. Kedua, tanggung jawab juga  mengandaikan adanya kebebasan pad tempat pertama.Artinya, tanggung jawab hanya mungkin relevan dan dituntut dari seseorang atas tindakanya itu dilakukan secara bebas. Ini beratrti orang tersebut melakukan tindakan itu bukan dalam keadaan dipaksan atau terpaksa. Ia sendiri secara bebas dan suka rela melakukan tindakan itu. Jadi, kalua seseorang terpaksa atau dipaksa melakukan suatu tindakan, secara moral ia tidak bisa dituntut bertanggung jawab atas tindakanya itu.  Ketiga, tanggung jawab juga mensyaratkan bahwa orang yang melakukan tindakan tertentu memang mau melakukan tindakan itu. Ia sendiri mau dan bersedia melakukan tindakan itu.

Berdasarkan ketiga syarat di atas, dapat disimpulkan bahwa hanya orang yang berakal budi dan punya kemauan bebas yang bisa bertanggung jawab atas tindakannya, dan karena itu relevan untuk menuntut pertanggung jawaban moral darinya. Bahkan  secara lebih tepat lagi, hanya  orang yang telah dapat menggunakan  akal budinya secara  normal dan punya kemauan bebas atas tindakanya brada  dalam kendalinya dapat  bertanggung jawab secara moral atas tindakanya.

Kalau pada akhirnya bisa diterima bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab moral dan social, pertanyaan menarik yang perlu dijawab adalah apa sesungguhnya tanggung jawab social dan moral perusahaan itu. Apa saja yang termauk dalam apa yang kita kenal sebagai tanggung jawab sosial perusahaan?. Dengan kata lain, manakah lingkup dari tanggung jawab sosial dan moral suatu perusahaan itu?

Pada tempat pertama harus dikatakan bahwa tanggung jawab sosial menunjukkan kepedulian perusahaan terhadap kepentingan pihak-pihak lain secara lebih luas dari pada sekadar terhadap kepentingan perusahaan belaka. Dengan konsep tanggung jawab sosial perusahaan mau dikatakan bahwa kendati secara moral adalah baik bahwa perusahaan mengejar keuntungan , tidak dengan sendirinya perusahaan dibenarkan untuk mencapai keuntungan itu dengan mengorbankan kepentingan pihak-pihak lain . Artinya, keuntungan dalam bisnis tidak mesti dicapai dengan mengorbankan kepentingan pihak lain, termasuk kepentingan masyarakat luas.

Dengan demikian, dengan konsep tanggung jawab sosial dan moral perusahaan mau dikatakan bahwa suatu perusahaan harus bertanggung jawab atas tindakan dan kegiatan bisnisnya yang mempunyai pengaruh atas orang – orang tertentu, masyarakat srta lingkungan di mana perushaan itu beropersi. Secara positif ini berarti perusahaan harus menjalankan  kegiatan bisnisnya sedemikian rupa sehingga pada akhirnya akan dapat ikut menciptakan suatu masyarakat yang baik dan sejahtera. Konsep tanggung jawab sosial perusahaan sesungguhnya mengacu pada kenyataan, sebagaimana telah dikatakan diatas bahwa perusahaan adalah badan hukum yang dibentuk oleh manusia dan terdiri dari manusia.

Dalam perkembangan etika bisnis yang lebih mutakhir, muncul gagasan yang lebih komprehensif mengenai lingkup tanggung jawab sosial perusahaan ini. Sampai sekarang ada empat bidang yang dianggap dan diterima sebagai termasuk  dalam apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.

Pertama, keterlibatan perusahaan dalam kegiatan-kegiatan sosial yang berguna bagi kepentinganm masyarakat luas. Keterlibatan perusahaan dalam kegiatan sosial ini secara tradisional dianggap sebagai wujud paling pokok, bahkan satu-satunya, dari apa yang disebut sebagai tanggung jawab sosial perusahaan.

Kedua, perusahaan telah diuntungkan dengan mendapat hyak untuk mengelola sumber daya alam yang ada dalam masyarakat tersebut dengan mendapatkan keuntungan- keuntungan bagi perusahaan tersebut. Demikian pula, sampai tingkat tertentu, masyarakat telah menyediakan tenaga-tenaga professional bagi perusahaan yang sangat berjasa mengembangkan perusahaan tersebut. Karena itu keterlibatan sosial merupakan semacam balas jasa terhadap masyarakat.

Ketiga, dengan tanggung jawab sosial, perusahaan memperlibatkan komitmen moralnya untuk tidak melakukan kegiatan-kegiatan bisnis tertentu yang dapat merugikan kepentingan masyarakat luas.

Keempat, dengan keterlibatan sosial, perusahaan tersebut manjalin hubungan sosial yang lebih baik dengan masyarakat dan dengan demikian perusahaan tersebut akan lebih diterima kehadiranya dalam masyarakat tersebut.

Dari keempat lingkup tanggung jawab sosial perusahaan diatas, lingkup pertama menimbulkan suatu kontrovesi yang hebat yang memperlibatkan dua pandangan yang saling bertentangan antara yang menentang dan yang mendukung perlunya keterlibatan sosial sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosial perusahaan.

  • Tujuan utama Bisnis adalah Mengejar Keuntungan Sebesar-besarnya

Argumen paling keras yang menentang keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan social sebagai wujud tanggung jawab social perusahaan adalah paham dasar bahwa tujuan utama, bahkan satu-satunya, dari kegiatan bisnis adalah mengejar  keuntungan besar.

  • Tujuan yang terbagi-bagi dan Harapan yang membingungkan

Yang mau dikatakan di sini adalah bahwa keterlibatan sosial sebagai wujud tanggung jawab sosial perusahaan akan menimbulkan minat dan perhatian yang bermacam ragam, yang pada akhirnya akan mengalihkan, bahkan mengacaukan perhatian para pemimpin perusahaan. Asumsinya, keberhasilan perushaan dalam bisnis modern penuh persaingan yang ketat sangat ditentukan oleh konsentrasi seluruh perusahaan, yang ditentukan oleh pemimpin perusahaan.

  • Biaya Keterlibatan Sosial

Keterlibatan sosial sebagai wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan malah dianggap memberatkan masyarakat,alasanya,biaya yang digunakan untuk keterlibatan sosial perusaan itu bukan biaya yang disediakan oleh perusaahan itu,melainkan merupakan biaya yang telah diperhitungkan sebagai salah satu komponen dalam harga barang dan jasa yang ditawarkan dalam pasar.

  • Kurangnya Tenaga Terampil di Bidang Kegiatan Sosial

Argumen ini menegaskan kembali mitos bisnis amoral yang telah kita lihat di depan.Dengan argument ini mau dikatakan bahwa para pimpinan perusahaan tidak propesional dalam membuat pilihan dan keputusan moral.mereka hanya propfesionaldalam bidang bisnis dan ekonomi.karena itu,perusahaan tidak punya tenaga terampil yang siap untuk melakukan kegiatan-kegiatan sosial tertentu.

Setelah kita melihat bahwa perusahaan punya tanggung jawab sosial dan moral dan juga sudah meninjau lingkup tanggung jawab sosial itu serta perlunya tanggung jawab sosial, termasuk keterlibatan perusahaan dalam berbagai kegiatan sosial, ada baiknya kita lihat juga bagaimana tanggung jwab sosial dan moral itu terimplementasi dalam kegiatan bisnis perusahaan. Prinsip utama dalam suatu organisasi professional, termasuk perusahaan adalah bahwa struktur mengikuti strategi. Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan dan ditentukan oleh stretegi dari organisasi atau perusahaan itu. Maka, pada tempat pertama harus dirumuskan terlebih dahulu strategi dari perusahan. Model dan gaya kepemimpinan sangat ikut menentukan struktur organisasi dan implementsi serta tujuan dan misi yang ingin dicapai perusahaa.

  • Prinsip utama dalam suatu organisasi profesional, termasuk perusahaan, adalah bahwa struktur mengikuti strategi

 

  • Artinya, struktur suatu organisasi didasarkan ditentukan oleh strategi dari organisasi atau perusahaan itu
  • Strategi yang diwujudkan melalui struktur organisasi demi mencapai tujuan dan misi perusahaan perlu dievaluasi secara periodik, salah satu bentuk evaluasi yang mencakup nilai-nilai dan tanggung jawab sosial perusahaan adalah Audit Sosial

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

 

 

 

 

MODUL 3

BENTUK – BENTUK KEPEMILIKAN PERUSAHAAN

  1. Bentuk-Bentuk Perusahaan
  1. PERUSAHAAN PERSEORANGAN

Perusahaan perseorangan adalah suatu bentuk badan usaha yang dimiliki oleh perseorangan yang berusaha untuk memperoleh keuntungan bagi dirinya sendiri.

Modal perusahaan perseorangan berasal dari pemilik sendiri dan kemampuan perusahaan untuk dapat menarik pinjaman sangat tergantung pada kemampuan dan nama baik pemilik. Segala keputusan dan tanggung-jawab dalam menjalankan perusahaan, baik yang berhubungan dengan produksi, pembelanjaan, pemasaran dll berada di tangan pemilik sendiri.

Kebaikan Perusahaan Perseorangan

  1. Penerimaan seluruh keuntungan perusahaan
  2. Kemudahan dalam pengoperasian, karena selain kecil juga aktivitas-aktivitas yang dilakukan masih sangat terbatas.
  3. Jumlah pengeluaran untuk biaya organisasi pun tidak terlalu besar
  4. Pemilik mempunyai kebebasan sepenuhnya untuk menentukan apa yang akan dilakukan yang dapat memberikan keuntungan yang paling besar baginya
  5. Pajak yang rendah
  6. Terjaminnya rahasia perusahaan dan peraturan tentang perusahaan perseorangan tidak terlalu banyak

Kelemahan Perusahaan Perseorangan

  1. Tanggung-jawab tidak terbatas. Utang perusahaan tidak hanya ditanggung atau dijamin oleh harta perusahaan tetapi juga leh pribadi pemilik.
  2. Besarnya perusahaan terbatas. Untuk dapat menangani masalah-masalah yang lebih besar maka diperlukan adanta persekutuan dengan orang lain.
  3. Kelanjutan atau kontinuitas perusahaan sangat terbatas.

 

  1. PERSEKUTUAN DENGAN FIRMA

Persekutuan dengan Firma adalah persekutuan antara dua orang atau lebih untuk menjalankan usaha secara bersama-sama, dimana nama perusahan biasanya diambil dari nama salah seorang atau gabungan nama pemilik. Untuk mendirikan sebuah firma diperlukan sebuah akte resmi atau akte di bawah tangan yang memuat nama perusahaan, besarnya modal masing-masing peserrta, serta hal-hal lain yang sudah disetujui bersama.

Kebaikan Persekutuan Dengan Fimra

  1. Kebutuhan modal dapat dipenuhi secara lebih baik dibandingkan dengan perusahaan perseorangan
  2. Setiap tindakan dapat dipertimbangkan dengan lebih baik. Tanggung-jawab masing-masing sekutu akan diberikan sepenuhnya kepada perusahaan karena tindakan sekutu yang satu juga akan mempengaruhi sekutu yang lain.

 

Kelemahan Persekutuan Dengan Firma

  1. Tanggung-jawab dalam persekutuan dengan firma juga tidak terbatas
  2. Karena bergabungnya dua orang atau lebih, maka tidak mustahil akan timbul perselisihan diantara mereka sendiri
  3. Berakhirnya persekutuan firma dapat terjadi karena berbagai alasan, yaitu :
  • Kematian atau pailitnya salah seorang sekutu
  • Salah seorang sekutu menarik diri
  • Dibubarkan oleh fihak berwenang
  • Jangka waktu untuk mana persekutuan dengan firma didirikan telah habis

 

  1. PERSEKUTUAN KOMANDITER (CV)

Persekutuan Komanditer adalah persekutuan yang terdiri dari dua jenis sekutu : Sekutu Komanditer dan Sekutu Komplementer. Sekutu Komanditer  hanya menyerahkan modalnya saja ke dalam perusahaan untuk dijalankan oleh sekutu komplementer. Sekutu Komplementer berkewjiban menjalankan perusahaan dan bertanggung-jawab sepenuhnya atas berhasil tidaknya perusahan dalam melaksanakan aktivitasnya.

Kebaikan Persekutuan Komanditer :

  1. Kebutuhan akan modal dapat mudah dipenuhi
  2. Pimpinan dapat terdiri dari beberapa orang
  3. Tanggung-jawab sekutu komanditer pada saat perusahaan mengalami kerugian terbatas pada jumlah modal yang diserahkan saja

Kelemahan Persekutuan Komanditer :

  1. Sekutu komanditer tidak ikut menjalankan perusahaan
  2. Sekutu komplementer mempunyai tangung-jawab yang tidak terbatas, sama seperti sekutu dalam persekutuan dengan firma
  3. PERSEROAN TERBATAS

Perseroan Terbatas adalah suatu bentuk perusahaan di mana modal sendirinya terdiri dari saham-saham.  Tanggung-jawab pemilik (pemegang saham)  terbatas hanya sebesar modal yang ditanamkan di dalam perusahaan.Yang dimaksud dengan perkataan “Terbatas” pada Perseroan Terbatas adalah menunjuk kepada terbatasnya tanggung-jawab pemilik perusahaan (dalam hal perusahaan mengalami kerugian) sebesar modal saham yang dimilikinya.

Kebaikan Perseroan Terbatas :

  1. Tangung-jawab pemilik dalam keadaan perusahaan mengalami kerugian terbatas pada jumlah modal saham yang dimilikinya
  2. Lebih mudah mendapatkan modal
  3. Kekayaan pemilik dan kekayaan perusahaan terpisah satu sama lain
  4. Pimpinan perusahaan adalah orang yang dianggap mampu untuk menjalankan perusahaan dengan baik
  5. Kelangsungan hidup perusahaan terjamin, karena dalam hal ini kelangsungan hidup perusahan tidak akan terpengaruholeh meninggalnya seorang pemilik, direksi ataupun komisaris

Kelemahan Perseroan Terbatas :

  1. Jumlah pajak yang besar
  2. Biaya organisasi dan biaya pendirian Perusahaan Terbatas cukup besar
  3. Rahasian perusahaan tidak terjamin
  4. Karena tersebarnya para pemegang saham maka akan sangat sulit bagi mereka untuk menghadiri rapat umum pemegang saham
  5. Peraturan pemerintah cukup banyak, ataupun kemungkinan kurangnya perhatian daripada karyawan karena merasa tidak menjadi pemilik perusahaan.
  6. PERSEROAN TERBATAS NEGARA (PERSERO)

PT (Persero) merupakan salah satu bentuk perusahaan milik negara yang sebelumnya bernama Perusahaan Negara (PN). Umumnya Persero ini terjadi dari Perusahaan Negara yang kemudian diadakan penambahan modal yang ditawarkan kepada pihak swasta.

  1. PERUSAHAAN DAERAH

Perusahaan Daerah adalah perusahaan yang saham-sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah. Perusahaan daerah bertujuan mencari keuntungan yang nantinya dapat dipakai untuk pembangunan daerah. Kekayaan perusahaan dipisahkan dari kekayaan negara untuk menghindari praktek usaha yang tidak efisien.

  1. PERUSAHAAN NEGARA UMUM (PERUM)

Seperti perusahaan lain pada umumnya Perum bertujuan untuk mencari keuntungan, tetapi tidak mengabaikan kesejahteraan masyarakat. Struktur organisasinya juga tidak berbeda dengan struktur yang dianut oleh perusahaan lain pada umumnya. Direksi yang memimpin Perum bertaanggung jawab atas segala hubungan hukum dengan pihak lain, diatur menurut hukum perdata. Tuntutan-tuntutan dari pihak luar ditujukan kepada perusahaan. Semua kegiatan, hubungan dan tata laksana organisasi diatur secara khusus dan tidak terlepas dari peraturan tantang pembentukan perusahaan negara.

  1. KOPERASI

Koperasi adalah organisasi ekonomi rakyat yang berwatak sosial, beranggotakan orang-orang atau badan hukum. Koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan gotong royong. Koperasi dimaksudkan untuk menampung kegiatan perekonomian ada tingkat lapisan bawah yang masih merupakan bagian terbesar dari rakyat Indonesia. Adapun fungsi dari koperasi itu sendiri adalah:

  • Alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan masyarakat.
  • Alat pendemokrasian ekonomi nasional
  • Sebagai salahs atu urat nadi perekonomian bangsa Indonesia
  • Alat pembina insan masyarakat untuk memperkokoh keduudkan ekonomi bangsa Indonesia, serta dalam mengatur tata laksana perekonomian rakyat.
  1. JOINT VENTURE

Joint Venture adalah bentuk kerjasama antara beberapa perusahaan yang berasal dari beberapa negara menjadi satu perusahaan untuk mencapai konsentrasi kekuatan ekonomi yang lebih padat. Secara umum dapat dikatakan bahwa semua bentuk kerjasama antar perusahaan dapat ditampung ke dalam jenis usaha joint venture tanpa memandang besar kecilnya modal, kekuasaan ekonomi ataupun lokasi masing-masing partner yang bersangkutan. Di Indonesia usaha joint venture dikenal sebagai bentuk kerjasama perusahaan domestik dengan perusahaan asing. Pemerintah memiliki wewenang untuk mengetahui dan menyetujui perjan jian-perjanjian umum dan khusus antara pihak-pihak yang mendirikan joint venture.

  1. TRUST

Trust adalah suatu bentuk organisasi perusahaan yang didirikan untuk menghindari kerugian masing-masing anggota dan memperbesar keuntungan perusahaan. Trust dibentuk dengan menggabungkan (merger) beberapa perusahaan menjadi satu sehingga gabungan dari perusahaan itu menjadi besar atau sebuah perusahaan baru dengan modal yang besar.

  1. HOLDING COMPANY

Sebuah perusahaan yang memiliki kondisi keuangan yang kuat dapat nelakukan integrasi bagik secara vertikal maupun horizontal dengan cara membeli saham perusahaan-perusahaan lain. Perusahaan yang saham sudah dibeli tidak lagi memiliki kekuasaan apapun, semua kebijakan ditentukan oleh Holding Company, sehingga dapat dikatakan bahwa holding company mengambil alih kekayaan maupun kekuasaan dari perusahaan tersebut.

  1. SINDIKAT

Sindikat merupakan kerjasama antara beberapa orang untuk melaksanakan proyek khusus di bawah suatu perjanjian. Penggunaan bentuk ini sekarang hanya terbatas pada bidang keuangan, dimana sekelompok investor berusaha mengkombinasikan sumber-sumber keuangan mereka untuk memperjualbelikan surat-surat berharga dari suatu perusahaan.

  1. KARTEL

Kartel merupakan persekutuan antara beberapa perusahaan sejenis di bawah suatu perjanjiajn tertentu, masing-masing perusahaan tetap berdiri sendiri, memiliki kedudukan yang sama, dan sewaktu-waktu dapat membatalkan perjanjian yang telah disetujuinya.merka terikat pada semua masalah yang tercantum dalam perjanjian, tetapi di luar itu mereka bebas bertindak.

 

  1. Pemilihan Letak Perusahaan

Letak perusahaan sering pula disebut tempat kediaman perusahaan, yaitu tempat dimana perusahaan melakukan kegiatannya sehari-hari. Sedangkan istilah tempat kedudukan perusahaan dapat diartikan sebagai tempat kantor pusat perusahaan.

Kedua hal di atas perlu mendapat perhatian bagi perusahaan, sebab salah memilih suatu lokasi perusahaan akan mengakibatkan suatu kerugian bagi perusahaan. Seperti misalnya mengadakan penempatan kembali letak perusahaan dan kesulitan apabila akan mengadakan ekspansi.

Dengan semakin tajamnya persaingan serta banyaknya perusahaan yang saat ini bermunculan, maka pemilihan letak perusahaan ini sudah tidak memungkinkan dilakukan dengan cara coba-coba. Karena  dengan cara itu perusahaan akan kalah dalam bersaing. Disamping waktu harus berpacu, juga efisiensi di bidang biaya perlu mendapat perhatian. Oleh karena itu pemilihan letak perusahaan ini harus dilakukan dan diputuskan melalui beberapa pertimbangan yang disertai fakta yang konkrit dan lengkap. Hal ini dapat dijalankan dengan meninjau beberapa aspek yang mempengaruhi pemilihan letak perusahaan.

  • Jenis Letak Perusahaan

Ada 4 jenis letak perusahaan :

  1. Letak Perusahaan yang terikat pada alam

Letak Perusahaan ini sangat ditentukan oleh sumber-sumber alam, jadi tidak dapat ditentukan oleh manusia. Misalkan usaha pertanian, pertambangan

 

  1. Letak Perusahaan berdasarkan sejarah

Letak perusahaan ini hanya dapat dijelaskan dengan adanya sejarah di lokasi itu. Misalkan kerajinan batik di daerah Surakarta dan Yogyakarta, hal ini disebabkan dulu seni membatik ini dimulai dari para wanita dalam Kraton di kedua kota itu.

  1. Letak perusahaan yang ditetapkan oleh pemerintah

Dalam hal ini pemerintah lah yang menentukan dimana perusahaan harus menjalankan aktivitasnya. Hal ini agar masyarakat di sekitar lokasi itu tidak merasa tertanggu karena adanya perusahaan itu. Misalnya pabrik senjata/amunisi, peternakan babi dan pabrik obat-obatan.

  1. Letak Perusahaan yang dipengaruhi oleh factor-faktor ekonomi

Letak perusahaan yang dipengaruhi oleh factor-faktor ekonomi, pada umumnya jenis perusahaan ini bersifat industri. Dsini ada beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan letak perusahaan :

  1. Dekat dengan bahan baku
  2. Dekat dengan pasar
  3. Dekat dengan pemasok tenaga kerja
  4. Dekat dengan penyedia sumber energi
  5. Iklim
  6. Ongkos Transpor
  7. Besarnya suplai modal

Untuk masing-masing perusahaan, pengaruh tiap factor adalah berbeda-beda, hanya saja yang dianggap ideal untuk suatu lokasi perusahaan adalah tempat di mana semua biaya operasional perusaaan paling rendah. Dasar teori lokasi perusahaan adalah : “ tempatkanlah kami pada titik geografis yang paling banyak memberikan kesempatan kepada perusahaan di dalam usaha mencapai tujuannya”. Jadi dengan kata lain dicari titik lokasi paling ekonomis di segala sector”.

  • Cara Penentuan Letak Perusahaan

Secara umum terdapat 2 macam cara untuk menentukan lokasi perusahaan, yaitu :

  1. Cara Kualitatif

Cara ini diadakan penialian secara kualitatif terhadap faktor-faktor yang dianggap relevan atau memegang peranan pada setiap pilihan lokasi. Ukuran penilaian dinyatakan dalam : baik sekali (bs), baik (b), sedang (s), kurang (k), dan kurang sekali (ks).

Misalnya suatu industri akan memilih 4 kota sebagai lokasi perusahaan :

  1. Solo 2. Yogyakarta 3. Semarang       4. Purwokerto

Faktor yang dinilai adalah : bahan baku, tenaga kerja, tenaga pembangkit listrik, transportasi, pasa (konsumen)

Faktor-Faktor LOKASI
Solo Yogyakarta Semarang Purwokerto
Bahan Baku B BS B BS
Tenaga Kerja BS B S BS
Listrik B B B S
Transportasi BS S B K
Pasar BS K B K

 

  1. Cara Kuantitatif

Cara ini hasil analisis kualitatif lalu dikuantifikasikan dengan cara memberikan skor (nilai) pada masing-masing kriteria : BS=5, B=4, S=3, K=2, KS=1

 

Faktor-Faktor LOKASI
Solo Yogyakarta Semarang Purwokerto
  Riil Nilai Riil Nilai Riil Nilai Riil Nilai
Bahan Baku B 4 BS 5 B 4 BS 5
Tenaga Kerja BS 5 B 4 S 3 BS 5
Listrik B 4 B 4 B 4 S 3
Transportasi BS 5 S 3 B 4 K 2
Pasar BS 5 K 2 B 4 K 2
Jumlah   28   18   19   17

 

Penetapan Lokasi Perusahaan menurut Teori Alfred Weber

Dalam Teorinya, Alfred Weber mengemukakan ada dua faktor yang mempengaruhi penetapan lokasiperusahaan, yaitu :

  1. Biaya Pengangkutan
  2. Biaya Tenaga Kerja

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi

  • Biaya ruang kerja adalah biaya untuk membeli ruang kerja seperti gedung atau kantor dapat berbeda dari satu lokasi ke lokasi yang lainnya
  • Biaya tenaga kerja adalah gaji untuk karyawan bervariasi antara lokasi. Gaji di kota cenderung lebih tinggi daipada gaji di luar kota untuk jenis pekerjaan tertentu.
  • Insentif pajak adalah seberapa pemerintah daerah bersedia menawarkan kredit pajak untuk menarik perusahaan ke daerah mereka. Insentif ini diberikan untuk menambah lapangan pekerjaan dan memperbaiki kondisi ekonomi di daerah tersebut.
  • Sumber permintaan adalah biaya transportasi dan jasa produk dikurangi dengan memproduksi di lokasi yang dekat dengan sumber permintaan
  • Akses ke trasportasi adalah beberapa pabrik dan kantor memilih lokasi dekat sumber utama transportasi seperti dekat jalan raya antar daerah, dekat sungai atau lapangan terbang dengan alasan untuk kemudahan transportasi.

Ketersediaan tenaga kerja adalah perusahaan yang merencakan untuk menyewa pekerja spesialis harus dapat menarik tenaga kerja yang diperlukan, mereka dapat memilih lokasi dimana banyak terdapat tenaga kerja dengan keahlian khusus yang diperlukan.

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

MODUL 4

PENGAMBILAN KEPUTUSAN DAN MANAJEMEN RESIKO

 

  1. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan

Pengambilan Keputusan adalah memilih salah satu atau lebih diantara sekian banyak alternatif keputusan yang mungkin. Alternatif keputusan meliputi keputusan ada kepastian, keputusan berisiko, keputusan ketidakpastian, dan keputusan dalam konflik.

Keputusan bisa berulang kali dibuat secara rutin dan dalam bentuk persoalan yang sama sehingga mudah dilakukan. Keputusan yang dihadapi mungkin serupa dengan situasi yang pernah dialami, tetapi ada ciri khusus dari permasalahan yang baru timbul.

 

  1. Teori Pengambilan Keputusan

Dalam suatu pengambilan keputusan, keputusan yang harus diambil mungkin merupakan persoalan baru yang belum pernah dialami sebelumnya. Salah satu komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan adalah kegiatan pengumpulan informasi dimana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan dapat dibuat. Pembuat keputusan bisa perorangan atau kelompok baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan kelompok.

Proses pengambilan keputusan dinyatakan dalam bentuk teori sistem. Sistem merupakan suatu set elemen-elemen atau lemen-elemen yang tergabung bersama berdasarkan suatu bentuk hubungan tertentu. Komponen yang satu dengan yang lainnya saling terkait dan membentuk satu kesatuan yang utuh.lingkungan dalam membuat sutau keputusan dapat menjadi tak terbatas.

Teori pengambil;an keputusan menuntut pola dasar berpikir dalam konteks organisasi :

  1. Penilaian Situasi (situasional Approach)
  2. Analisis Persoalan (Problem Analysis)
  3. Analisis Keputusan (Decision Analysis)
  4. Analisis Persoalan Potensial (Potensial Problem Analysis)

Inti dari pengambilan keputusan adalah memilih alternatif yang terbaik yang terletak dalam perumusan berbagai alternatif tindakan sesuai dengan yang sedang dalam perhatian dan dalam pemilihan alternatif yang tepat, setelah suatu evaluasi/penilaian mengenai efektifitasnya dalam mencapai tujuan yang dikehendaki pengambil keputusan.

 

  1. Manajemen Pengambilan Keputusan

Dalam melaksanakan manajemen pengambilan keputusan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya dalah :

  1. Penentuan arah yang jelas bagi suatu organisasi
  2. Pencarian cara yang efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
  3. Analisis kendala lingkungan sebagai pembatas, baik internal maupun eksternal.

 

  1. Kategori Keputusan

Dalam teori pengambilan keputusan, ada empat macam kategori keputusan yaitu :

  1. Keputusan dalam keadaan ada kepastian (certainty)

Suasana dikatakan certainty jika semua informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan diketahui secara sempurna dan tidak berubah. Sebagai contoh dalam merumuskan model masalah program linier dan transportasi, semua parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Dalam suasana certainty solusi model dan hasil keputusan dapat dijamin dan terkendali.

  1. Keputusan dalam keadaan resiko (risk)

Suasana dikatan risk jika informasi sempurna tidak tersedia , tetapi seluruh peristiwa yang akan terjadi beserta probabilitasnya diketahui. Untuk mempelajari keputusan dalam suasana risk, pemahaman teori probabilitas amat berperan.

  1. Keputusan dalam keadaan ketidakpastian (uncertainty)

Suasana dikatakan uncertainty jika seluruh peristiwa yang mungkin terjadi diketahui, tetapi tanpa mengetahui probabilitas masing-masing.

  1. Keputusan dalam keadaan ada konflik (conflict)

Suasana konflik muncul jika kepentingan dua atau lebih pengambil keputusan berada dalam pertarungan. Satu pihak pengambil keputusan tidak hanya memikirkan pada tindakannya sendiri, tetapi juga tertarik pada tindakan pesaing.

 

 

 

 

  1. Pengertian Resiko

 

Di era sekarang ini, lingkungan bisnis dan perusahaan dalam bidang apapun dituntut untuk menyediakan produk dengan kualitas yang tinggi dengan layanan yang cepat dan ekonomis. Bisnis dihadapkan pada meningkatnya tingkat perubahan, kompetisi dan globalisasi. Perkembangan teknologi informasi telah mempengaruhi kebijakan dan strategi dunia usaha yang selanjutnya lebih mendorong inovasi dan ide-ide yang ada.

Pengamanan resiko semakin meningkat karena setiap organisasi terus menerus bersandar pada teknologi. Resiko tersebut harus diidentifikasi dan dikelola dengan baik sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pengamanan informasi bisa sejalan dengan resiko bisnis dan resiko manajemen. Pengeluaran berkaitan dengan generalisasi gangguan pertanian secara keseluruhan bukan merupakan pendekatan yang komprehensif. Komponen utama dari manajemen resiko direncanakan untuk resiko-resiko yang tidak dapat dihindarkan

Menurut Angela, Simon, and John [6], resiko adalah akibat dari tindakan yang mempengaruhi kemampuan organisasi dalam memaksimalkan nilai stakeholder dalam pencapaian strategi dan tujuannya. Resiko muncul seiring dengan kesempatan-kesempatan yang mungkin dari suatu tindakan.

Resiko muncul dari pertanggungjawaban legal atau kehilangan misi sepanjang:

  • Penutup yang tidak sah, modifikasi atau destruksi informasi
  • Kesalahan dan kelalaian yang tidak disengaja
  • Kekacauan TI selama bencana alam atau ulah manusia
    Resiko adalah fungsi
  • Kemungkinan dari threat yang diberikan secara cepat atau mengeksploitasi kelemahan parsial, dan
  • Hasil pengaruh yang kuat pada organisasi

Hal ini berarti resiko bukanlah faktor atau kejadian tunggal, tetapi lebih kepada kombinasi dari faktor atau kejadian yang jika terjadi, mungkin memiliki hasil yang merugikan organisasi.

 

 

 

  1. Tipe Resiko

Menurut Angela, Simon, dan John [6] resiko dibagi dalam empat kategori:

  1. Resiko Operasional

Contohnya: hilangnya kunci staff, kegagalan sistem IT, masalah gambar, isu kesehatan dan keamanan.

  1. Resiko finansial

Contohnya: resiko marketing, resiko kredit, resiko likuiditas.

  1. Resiko hazard

Contohnya: polusi lingkungan, isu produk liabilitas, bencana alam, klaim tekanan, resiko property

  1. Resiko strategi

Penurunan tingkat jaminan keuntungan perusahaan akibat dari impelementasi pensiunan stakeholders, merger dan akuisisi, perubahan permintaan, perubahan politik

  1. Tujuan Analisis Resiko

Tujuan utama analisis resiko menurut Statec Incorporation [5] adalah untuk mengidentifikasi secara jelas macam-macam faktor resiko dan bagaimana cara mengelolanya. langkah pertama adalah memulai proses perkiraan resiko. efektif atau tidaknya sebuah perkiraan resiko tergantung pada kejelasan tujuan dan sekup, dan kepastian dari bagian-bagian yang termasuk dalam proses tersebut. langkah berikutnya adalah mengembangkan evaluasi berdasarkan kriteria-kriteria yang didapat dari para anggota sekaligus komentar-komentarnya, tentunya dalam hal ini kita perlu mengeliminasi subjektivitas. selain itu, langkah ini pun harus menyediakan sebuah mekanisme identifikasi, pengukuran resiko, pengurangan resiko yang kesemua itu saling independent. langkah terakhir adalah mengembangkan dan memelihara rencana manajemen resiko itu sendiri.

 

  1. Proses Analisis Resiko

Resiko dapat digambarkan sebagai isu atau kejadian yang berpotensi mempengaruhi kelangsungan proyek. Ini penting ketika sebenarnya proses identifikasi resiko dapat memberikan hasil yang bukan terbatas pada kerugian materi atau kerugian seseorang saja. Satu hal yang harus diperhatikan harus ada pengamatan mendalam pada even yang bisa saja berbahaya bagi kesuksesan dan penyebaran proyek. Walaupun nampaknya tidak mungkin untuk mengeliminasi semua resiko yang ada, proses analisis resiko seharusnya memuat proses identifikasi, pengukuran, dan pengurangan resiko. Kunci utama dalam elemen proses analisis resiko terdiri dari : persiapan resiko, perkiraan resiko, pengurangan resiko, dan manajemen resiko [5]. Analisi   resiko  bisa  dilakukan  pada  segala  bidang,   misalnya  peternakan,   kedokteran, kontraktor, pertanian, bisnis, dan lain sebagainya. Khusus untuk bidang pertanian, departemen Pertanian USA [1] menjelaskan analisis resiko yang dapat dihadapi dalam bidang pertanian :

Resiko harga :

Karena harga pertanian secara umum dibedakan dalam pasar global, perubahan yang tidak diantisipasi dalam permintaan global atau persediaan dari sebuah komoditi dapat menjadi pemicu perubahan yang tidak diperkirakan oleh petani tentang produk mereka.

Resiko produksi :

Biasanya diasosiasikan dengan ketidakmampuan untuk menanam atau memanen area sawah atau perubahan dalam hasil panen atau produksi binatang karena variable lingkungan seperti misalnya karena cuaca, hama, atau penyakit.

 

Resiko pendapatan :

Dapat disebabkan oleh perubahan yang tidak diharapkan dalam produksi atau harga yang diterima oleh produsen maupun dengan mengayun harga produsen membayar untuk input, seperti bahan bakar, pupuk, listrik.

Resiko financial :

Aliran tunai keuangan pertanian dan harga bersih dapat secara serius dipengaruhi oleh akses terhadap dan harga hutang dan oleh nilai modal, yang mana semuanya dapat dipengaruhi oleh perubahan tingkat bunga dan factor-faktor lainnya, kemudian menciptakan resiko financial.

Resiko institusional :

Pemerintah propinsi dan federal dapat mengubah hokum atau menyatakan peraturan produsen, seperti hokum lingkungan dan pajak atau perubahan dalam program komoditi pertanian, menciptakan resiko institusional.

  1. Pengertian Manajemen Resiko

Dari jurnal yang dibuat oleh VeriSign Incorporation , risk management (manajemen resiko) adalah proses yang menyeluruh dan kotinyu dalam meminimalisasi resiko sebuah produk untuk mengoptimalkan keseimbangan manfaat dan resikonya. Manajemen resiko merupakan proses yang kontinyu dari :

  • Pembelajaran mengenai manfaat dan kerugian dari sebuah produk.
  • Pembuatan dan implementasi intervensi untuk mengurangi resiko sebuah produk.
  • Evaluasi intervensi pengetahuan baru yang diperoleh.
  • Memperbaiki intervensi jika diperlukan

Risk Management pada dasarnya adalah proses menyeluruh yang dilengkapi dengan alat, teknik, dan sains yang diperlukan untuk mengenali, mengukur, dan mengelola risiko secara lebih transparan. Sebagai sebuah proses menyeluruh Risk Management menyentuh hampir setiap aspek aktivitas sebuah entitas bisnis, mulai dari proses pengambilan keputusan untuk menginvestasikan sejumlah uang, sampai pada keputusan untuk menerima seorang karyawan baru.

 

  1. Langkah-Langkah Manajemen Resiko

Langkah-langkah manajemen resiko meliputi :

  1. Mengembangkan dan mengimplementasikan rencana manajemen resiko

Tujuan dari rencana manajemen resiko adalah untuk menyediakan struktur untuk evaluasi entitas   tertutup,   prioritasisasi,   dan   implementasi   pengurangan   resiko   pengukuran keamanan Agar rencana manajemen resiko dapat berjalan sukses, anggota kunci dari entitas tenaga kerja tertutup , termasuk manajemen senior dan kunci pembuat keputusan lainnya.

Keluaran dari proses analisis resiko akan menyediakan anggota tenaga kerja kunci-kunci ini dengan informasi-informasi yang diperlukan untuk membuat prioritasisasi resiko dan pengurangan keputusan . prioritasisasi resiko  dan pengurangan keputusan akan dibedakan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut ini:

  • Apakah sebaiknya resiko khusus dialamatkan secepatnya atau di masa mendatang?
  • Pengukuran mana yang sebaiknya diimplementasikan?
  1. Mengimplementasikan pengukuran keamanan

Sekali manajemen resiko dibangun, entitas tertutup harus memulai implementasi. Langkah ini akan focus pada implementasi sekarang dari ukuran keamanan (baik teknis maupun non-teknis) dalam entitas tertutup. Proyek atau aktivitas untuk mengimplementasikan ukuran keamanan sebaiknya ditampilkan dalam cara yang mirip dengan proyek yang lainnya, misal proyek atau aktivitas ini sebaiknya masing-masing memiliki bidang yang dikenali, garis waktu, dan anggaran. Entitas tertutup mungkin juga ingin mempertimbangkan keuntungan, jika ada, dari implementasi ukuran keamanan sebagai bagian dari proyek lainnya yang sudah ada, seperti implementasi system informasi baru. Entitas tertutup dapat memilih untuk menggunakan sumber daya eksternal untuk menampilkan proyek-proyek ini. Aturan keamanan tidak mensyaratkan atau melarang metode lainnya. Ini penting untuk mencatatnya, bahkan jika ini digunakan di luar vendor untuk mengimplementasikan ukuran keamanan terpilih, entitas tertutup bertanggung jawab untuk pemenuhannya dengan aturan keamanan.

 

  1. Evaluasi dan memelihara pengukuran keamanan

Langkah akhir dalam proses manajemen resiko adalah untuk melanjutkan evaluasi dan pengawasan ukuran pengurangan resiko yang diimplementasikan. Analisis resiko dan manajemen resiko bukanlah aktivitas sekali waktu. Analisa resiko dan manajemen resiko merupakan aktivitas terus menerus, proses-proses dinamis yang harus direview secara berkala, dan diupdate sebagai tanggapan terhadap perubahan lingkungan. Analisa resiko akan mengidentifikasi resiko-resiko baru atau mengupdate level resiko yang ada yang dihasilkan dari perubahan lingkungan atau perubahan operasional. Keluaran dari analisa resiko yang telah diperbarui akan menjadi masukan terhadap proses manajemen resiko untuk mengurangi yang baru dikenali atau level resiko yang telah diupdate ke level yang tepat dan beralasan.

Dalam sebuah uraian yang ditulis oleh FDA (Food and Drug Administration), terdapat istilah Risk Management Program (RMP) yang sebenarnya senada dengan uraian di atas.

FDA mendefinisikan risk management program (RMP) sebagai sebuah strategi keamanan yang dibuat untuk mengurangi resiko produk dengan menggunakan satu atau lebih intervensi atau tools di bawah package insert.

 

Pentingnya Manajemen Resiko

Ada banyak pendapat tentang pentingnya manajemen resiko, salah satunya menurut jurnal yang dikeluarkan oleh FDA yang menyebutkan alasan pentingnya manajemen resiko [8] :

  • Memberikan prediksi kemungkinan-kemungkinan yang terjadi.
  • Menentukan apakah tujuan suatu pelaku bisnis tercapai atau tidak
  • Meminimalisasi kegagalan yang bisa terj adi.

Pentingnya manajemen resiko menurut studi OECD Tax Intermediaries dalam kaitannya dengan pajak misalnya [10] :

  • Menyediakan konteks  keputusan  untuk  mengalokasikan  sumber  daya (termasuk keputusan untuk fokus kurang dari daerah yang menyajikan resiko rendah);
  • Mengenali, dan membawa kepada pembuatan perhatian yang sesuai, daerah dimana
    hukum tidak beroperasi secara memuaskan atau menghasilkan harga pemenuhan yang tidak dapat diterima; dan
  • Membebaskan dan mengalokasikan kembali sumber daya yang ada.
  • Manajemen resiko juga akan mendatangkan keuntungan bagi para pembayar pajak. Sebagai contoh, saat pembayar pajak yang memperagakan karakteristik “resiko tinggi” dapat mengharapkan untuk menarik penelitian yang lebih besar dan perhatian pelaksanaan, pembayar pajak yang bertindak secara transparan dan siapa yang tidak memiliki persoalan pajak resiko tinggi dan secara beralasan mengharapkan dukungan dan harga pemenuhan yang lebih rendah.

 

 

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

MODUL 5

USAHA KECIL DAN KEWIRAUSAHAAN

  1. Pengertian Usaha Kecil

Usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekeonomian sebuah negara. Ketika sebuah negara mengalami krisis ekonomi yang ditandai dengan bangkrutnya bisnis-bisnis besar, maka usaha kecil bisa tetap bertahan dan menjadi salah satu penopang perekonomian negara.

Begitu banyak pengertian atau definisi dari usaha kecil, berikut beberapa pengertian atau definisi usaha kecil dari berbagai pihak yang berhasil dihimpun :

  • Menurut UU No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang—undang ini.

  • Menurut Ebert dan Griffin

Usaha Kecil adalah suatu usaha yang dimiliki dan dikelola secara bebas, dimana usaha kecil ini tidak mendominasi pasar. Usaha kecil ini bukan merupakan bagian atau cabang dari perusahaan lain dan yang menjalankan binsis adalah pemilik sendiri, bekerja bebas sesuai dengan kesanggupannya.

  • Menurut Bukhari Alma

Usaha kecil adalah sebuah usaha yang memiliki modal kecil kegiatan usaha kecil, dan memperkerjakan beberapa orang karyawan. Sehingga ukuran yang dipakai untuk menentukan apakah suatu usaha merupakan usaha kecil atau bukan adalah dilihat dari jumlah pegawai dan jumlah penjualan.

 

  1. Ciri-Ciri Usaha Kecil

Sesuai dengan pendapat dan definisi yang beragam dari berbagai pihak atau ahli, maka begitupun dengan ciri ciri atau klasifikasi usaha kecil sendiri pun berbeda diantara beberapa ahli. Beberapa pendapat para ahli atau pihak mengenai ciri-ciri usaha kecil adalah sebagai berikut :

  • Menurut Small Business Administration Amerika Serikat, yang dikatakan usaha kecil adalah:
  1. Sebuah pabrik yang diidrikan dan dijalankan oleh beberapa orang karyawan.
  2. Usaha grosir dengan jumlah penjualan kurang dari $200.000 setahun
  3. Usaha toko eceran, perusahaan konstruksi, usaha jasa dengan jumlah penghasilan setahun kurang dari $50.000.
  • Menurut Committe for Eonomic Development, mengemukakan ciri-ciri usaha kecil adalah :
  1. Manajemennya dilakukan secara bebas, biasanya pemilik mlangsung menjadi manajer
  2. Modal berasal dari pemilik atau kelompoknya
  3. Daerah operasinya bersifat lokal, dan si pemilik bertempat tinggal tidak jauh dari lokasi bisnis.
  4. Dalam hal usaha industri ukuran besar dan kecil itu sangat relatif. Suatu bisnis dikatakan kecil jika dibandingkan dengan bisnis sejenis.
  • Menurut Megginson (2000), karakter dari usha kecil adalah sebagai berikut :
  1. Manajemennya independen, pemilik langsung sebagai manajer.
  2. Modal dari pemilik sendiri, atau pinjaman dari individu lain
  3. Daerah operasionalnya terbatas daerah lokal, walaupun kadang-kadang daerah pasarnya tidak hanya lokal.
  4. Usahanya memang kecil bila dibandingkan dengan usaha besar
  • Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, kecil dan Menengah, mengklasifikasikan usaha kecil sebagai berikut :
  1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 500.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
  2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp. 300.000.000 sampai dengan paling banyak Rp. 2.500.000.000

 

  1. Perbedaan Usaha Kecil dan Usaha Modern/Besar

Apabila bila dibandingkan antara usaha kecil dengan usaha modern atau usaha besar, maka dapat kita lihat dalam tabel di bawah ini :

 

USAHA KECIL USAHA BESAR
Umumnya pemilik menjadi manajer Manajer bukan pemilik
Daerah operasi lokal Daerah operasi regional atau nasional
Organisasi sederhana Organisasi kompleks
Pemilik intim dengan karyawan Pemilik tidak kenal dengan karyawan
Banyak kegagalan Jarang yang gagal
Pemilik serba bisa Manajemen spesialis

Sumber : Bukhari Alma

Apabila kita lihat dari tabel di atas mengenai perbedaan usaha kecil dan usaha besar, maka dalam usaha kecil ada peran ganda yang dijalankan oleh pemilik, yaitu sebagai pemilik dan juga sebagai manajer, sehingga dalam usaha kecil kemungkinan terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan manajer atau yang biasa disebut dengan agency theory sangat minimal akan terjadi. Akan tetapi tidak semua usaha kecil akan selalu menjadin usaha kecil, dengan berkembangnya usaha kecil menjadi usaha besar, maka mau tidak mau, sang pemilik usaha tersebut harus mulai memisahkan perannya bukan lagi sebagai pemilik dan manajer, akan tetapi sang pemilik usaha harus mulai untuk menunjuk manajer yang menjalankan roda usahanya, dan disinilah dimulainya the agency theory, dimana terkadang terjadi perbedaan persepsi atau pandangan antara pemilik dan manajernya.

Usaha kecil selalu dimulai dari daerah operasi yang lokal biasanya berawal dari lingkungan tempat pemilik usaha tersebut. Tentunya hal ini diharapkan tidak berlangung dalam waktu yang lama, karena prinsip dari usaha adalah adanya pertumbuhan dari usaha itu sendiri. Usaha kecil yang biasanya dimulai dari lingkungan lokal, dimana pemilik usaha tersbut berada, diharapkan dapat melakukan ekspansi dengan merambah daerah operasi regional bahkan nasional sehingga dengan begitu dapat terlihat pertumbuhan usaha yang postif dari usaha kecil menjadi usaha besar.

Dari segi organisasi, sebuah usaha kecil ditandai dengan struktur organisasi yang sangat sederhana yang hanya memuat pemilik dan dibawahnya yaitu karyawan. Dengan struktur yang sangat sederhana ini, maka terkadang hubungan yang terjadi antara pemilik dan karyawan yang terjalin pun menjadi hubungan yang sifatnya informal, dimana sang pemilik usaha mengenal sangat dekat karyawan yang bekerja padanya. Perbedaannya dengan usaha besar adalah dengan struktur organisasi yang kompleks dimana menempatkan posisi pemilik pada posisi paling atas (top level) setelah itu ada pihak manajemen di posisi menengah (middle level) dan paling bawah adalah posisi pekerja (lower level) menyebabkan sang pemilik usaha menjalin hubungan yang sangat formal dengan manajemen dan karyawannya, terkadang pada usaha besar sang pemilik tidak mengenali para pekerjanya.

Usaha kecil menuntut sang pemilik untuk menjadi seseorang yang serba bisa. Pemilik harus dapat melakukan segala hal tanpa terkecuali, sehingga hal ini terkadang menjadi salah satu penyebab kegagalan yang dialami oleh para pemilik usaha kecil. Akan tetapi kegagalan tersebut menjadi sebuah kurva pembelajaran bagi para pemilik usaha kecil, kegagalan tersebut akan menjadi sumber pengalaman yang nantinya secara tidak langsung mengajarkan kepada pemilik usaha kecil sesuatu hal yang tidak mampu dikerjakan pemilik sebelumnya. Hal ini tentunya berbeda dengan usaha besar, dimana proses spesialisasi manajemen telah berjalan. Usaha besar besar akan memiliki orang-orang yang ahli dalam bidangnya masing-masing untuk mengerjakan berbagai macam tugas dan kegiatannya. Faktor spesialisasi ini menyebabkan pada usaha besar jarang ditemui kegagalan yang fatal dimana dapat mengakibatkan bangkrutnya sebuah usaha.

  1. Kewirausahaan

Pengembangan usaha kecil tidak terlepas dari kewirausahaan. Dalam hal ini, kewirausahaan menjadi faktor pendorong timbunlnya usaha kecil. Proses kreatif dan inovatif hanya dilakukan oleh orang-orang yang memiliki jiwa dan sikap kewirausahaan, yaitu orang yang percaya diri, berinisiatif, memiliki motif berprestasi, memiliki jiwa kepemimpinan, dan berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan.

Seperti yang diungkapkan oleh Kao (1995:25) beberapa definisi yang digunakan untuk memahami kewirausahaan adalah sebagai berikut :

  1. Entrepreneurship, is the process of doing something new (creative) and/or something different (innovative) for the purpose of creating wealth for the individual and adding value to society.
  2. Entrepreneur; an entrepeneur is a person who undertakes a wealth-creating and value adding process, through developing ideas, assembling resources and makin things happen.
  3. Entreprisng Culture; entreprising culture is a commitment of the individual to the continuing pusuit of opportunities and developing an entrepreneurial endeavour to its growth potential for the purpose of creating wealth for the individual and adding value to society.

Pemahaman darfi definisi di atas bahwa kewirausahaan merupakan suatu proses yang dilakukan untuk mengembangkan ide baru atau sesuatu yang berbeda yang diharapkan memberikan kesejahteraan secara individu dan adanya nilai tambah bagi masyarakat.

Proses untuk mengembangkan sebuah usaha baru terjadi pada proses kewirausahaan (entrepreneurial process), harus menemukan, mengevaluasi, dan mengembangkan sebuah peluang dengan mengatasi kekauatan yang menghalangi terciptanya sesuatu yang baru. Proses ini memiliki empat tahap yang berbeda yaitu :

  1. Identifikasi dan evaluasi peluang

Identifikasi peluang dan evaluasi meruakan tugas yang sangat suli. Sebagian besar peluang bisnis yang baik tidak muncul secara tiba-tiba, melainkan merupakan hasil dari ketajaman seseorang wirausaha melihat kemungkinan, pada beberapa kasus pembenukan mekanisme yang dapat mengidentifikasi peluang potensial. Meskipun sebagian besar pengusaha tidak memiliki mekanisme formal untuk mengidentifikasi peluang bisnis, beberapa sumber kerap digunakan: asosiasi pelanggan dan bisnis, anggota sistem distribusi, serta orang-orang teknis. Seringkali pelanggan merupakan gagasan terbaik untuk suatu usaha baru. Ketika peluang berhasil diidentifikasi menggunakan masukan dari pelanggan, asosiasi bisnis, anggota penyalur atau orang-orang teknis, maka setiap peluang harus ditinjau dan dievaluasi dengan hati-hati. Evaluasi peluang ini merupakan unsur paling kritis dalam proses kewirausahaan, karena memungkinkan seorang pengusaha untuk menilai apakah produk atau jasa yang spesifik mempunyai pengembalian yang memadai ketika dibandingkan dengan sumber daya yang dibutuhkan.

  1. Pengembangan rencana bisnis

Rencana bisnis (business plan) yang baik harus dikembangkan untuk mengeksploitasi peluang yang diidentifikasi. Ini merupakan tahap yang paling memakan waktu dalam proses kewirausahaan. Seorang pengusaha biasanya tidak menyiapkan rencana bisnis sebelumnya dan tidak mempunyai sumber daya yang dibutuhkan untuk bekerja dengan baik. Rencana binsis yang baika dalah penting untk mengembangkan peluang dan menentukan sumber daya yang dibutuhkan, mendapatkan sumber daya tersebut, serta mengelola usaha baru tersebut dengan sukses.

  1. Penetapan sumber daya yang dibutuhkan

Kewirausahaan harus menentukan sumber daya yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang. Proses ini diawali dengan penilaian sumber daya yang saat ini dimiliki. Setiap sumber daya yang kritis harus dibedakan dari sumber daya yang hanya berfungsi membantu. Perhatian harus diberikan dengan tidak meremehkan jumlah dan keragaman sumber daya yang dibutuhkan. Pengusaha juga harus menilai resiko terburuk terkait dengan sumber daya yang tidak cukup ataupun tidak tepat.

  1. Manajemen perusahaan yang dihasilkan

Setelah sumber daya didapatkan, pengusaha harus menggunakan untuk menerapkan rencana bisnis. Operasional dari perusahaan yang sedang berkembang harus diperiksa, meliputi implementasi gaya dan struktur manajemen, serta penentuan variabel-variabel kunci kesuksesan. Sistem pengendalian harus ditetapkan, sehingga setiap wilayah masalah dapat segera diidentifikasikan dan diselesaikan. Tidak sedikit wirausaha baru yang mengalami kesulitan untuk mengelola dan menumbuhkan usaha baru yang dibangun.

Bagaimana jenis usaha baru yang merupakan hasil dari keputusan wirausaha ini? Satu sistem klasifikasi yang peling berguna membagi jenis usaha baru  kedalam tiga kategori yaitu :

  • Perusahaan gaya hidup (lifestyle firm) dimiliki secara pribadi dan hanya mencapai pertumbuhan menengah akibat sifat dasar dari bisnis, tujuan pengusaha, serta keterbatasan dana yang dimiliki untuk penelitian dan pengembangan.
  • Perusahaan dasar (Foundation Company) dibentuk dari penelitian dan pengembangan dan menjadi dasar untuk bidang bisnis yang baru.
  • Usaha berpotensi tinggi (high potential venture) merupakan bisnis atau suaha baru yang menarik minat investor dan publik.

 

  1. Syarat – Syarat Kewirausahaan

Dalam kewirausahaan ada lima esensi pokok yang dikutip Buchari Alma (1993) yaitu:

  1. Kemauan kuat untuk berkarya dengan semangat kemandirian
  2. Kemauan memecahkan amsalah dan membuat keputusan secara sistematis, termasuk keberanian mengambil resiko
  3. Kemauan berpikir dan bertindak secara kreatif dan inovatif
  4. Kemauan bekerja secara teliti, tekun dan produktif
  5. Kemauan berkarya dalam kebersamaan berlandaskan etika bisnis

Pemahaman di atas merupakan isyarat bahwa semangat kewirausahaan dapat dikur dari esensi pokok kewirausahaan. Ada beberapa ciri-ciri atau sifat-sfat wirausaha yang dkemukakan oleh beberapa ahli seperti yang dikutip oleh Buchari Alma (2002) diantaranya adalah :

  1. Geoffrey G. Meredith mengemukakan ciri dan watak wirausaha sebagai berikut:
CIRI – CIRI WATAK
Percaya Ciri

 

 

·      Keyakinan

·      Ketidaktergantungan individualistis

·      Optimisme

·      Kebutuhan akan prestasi, berorientasi laba,ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energetik dan inisiatif.

·      Kemauan mengambil resiko, suka pada tantangan

·      Bertingkah laku pemimpin

·      Dapat bergaul dengan baik

·      Menanggapi saran dan kritik

·      Inovatif dan kreatif, fleksibel memiliki banyak sumber

·      Berpandangan ke depan

·      Serba bisa, mengetahui banyak.

Berorientasi tugas dan hasil

 

 

 

Pengambil resiko

 

Kepemimpinan

 

 

 

Keorisinilan

 

Berorientasi pada masa depan
  1. Whelen dan Jackson mengemukakan perilaku wirausaha sebagai berikut:
  • Dapat mengidentifikasi potensi dan peluang dengan baik, berfokus pada peluang bukan amsalah dan mencoba belajar dari kegagalan.
  • Merasa berkepentingan untuk berbuat, berorientasi perbuatan. Memiliki kemampuan untuk berprestasi tinggi yang mendorong merealisasikan idenya.
  • Memahami secara mendalam faktor kunci untuk mencapai keberhasilan dan memiliki stamina fisik yang diperlukan untuk hidup di bidang kerjanya.
  • Melengkapi keterampilan , pengetahuan dan kemampuanya, dapat menarik penanaman modal
  1. Kao dan Avis mengemukakan ciri dan perilaku wirausaha sebagai berikut:
  • Percaya diri, tekad bulat dan tekun
  • Terdorong untuk berprestasin dan berkembang
  • Berorientasi pada tujuan dan peluang
  • Bertanggung jawab dan berinisiatif
  • Berkemauan keras dalam memecahkan masalah
  • Periang dan penuh rasa humor
  • Mencari dan menggunakan umpan balik
  • Dapat mengendalikan diri
  • Memperhitungkan resiko
  • Tidak ambisi terhadap kekuasaan dan status
  • Jujur dan dapt dipercaya.
  1. Perilaku wirusaha menurut Musselman, Jackson, Whelen dan Hunger sebagai berikut:
  • Mandiri
  • Berani mengambil resiko
  • Mampu belajar dari pengalaman
  • Motivasi diri tinggi
  • Semangat bersaing
  • Berorientasi kerja keras
  • Memiliki harga diri
  • Dorongan berprestasi
  • Berkemampuan tinggi
  • Tegas
  • Percaya diri

Dari semua sikap, perilaku, dan karakteristik di atas, dapat kita elaborasi menjadi sifat dan karakteristik kewirausahaan yang berhasil sebagai berikut:

  • Commitment and determination, yaitu memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha.
  • Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam mengendalikan sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan wirausaha.
  • Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencair peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Penapain tujuan terjadi apabila ada peluang.
  • Tollerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap resiko dan ketidakpastian. Wirausahawan ahrus belajar untuk mengelola resiko dengan baik dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti bank, investor, konsumen, pemasok dan lainnya. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.
  • Self confidence, yaitu percaya diri. Ia cenderung optimis dan memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk nerhasil.
  • Creativity dan flexiibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekakuan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat seringkali membawa kegagalan. Kemampuan untuk menanggapi perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreativitas yang tinggi.
  • Desire for immediate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik segera. Selalu ingin mengetahui hasil dari apa yang dikerjakannya. Oleh karena itu dalam memperbaiki kinerjanya memiliki kemamuan menggunakan ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.
  • High level energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirasuaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang lebih tinggi dibadning rata-rata orang lain, lebih suka kerja keras wakaupun dalam waktu yang relatif lama.
  • Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia ingin selalu lebih unggul dalam hal apapun dan yang dikerjakannya melebih standar yang ada, dan semua ini muncul dari sendiri.
  • Orientation to the future

Berorientasi pada masa yang akan datang untuk tumbuh dan berkembang.

  • Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kesalahan, seorang wirausaha tidak pernah takut gagal, ia selalu memfokuskan dirinya pada keberhasilan.
  • Leadership ability, yaitu kemampuan dalam memimpin. Wirausahawan yang berhasil memiliki kemmapuan untuk menggunakan pengaruhnya tanpa kekuatan dan memiliki taktik mediator dan negitiator.

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

MODUL 6

MANAJEMEN

  1. Tujuan Perusahaan

Perusahaan didirikan tentunya memiliki tujuan yang telah ditetapkan, sebab tujuan merupakan titik tolak bagi segala pemikiran dalam perusahaan dan tujuan juga memberikan arah bagi kegiatan danc ara untuk mengukur efektivitas kegiatan perusahaan.

Sering dikatakan bahwa tujuan perusahaan umumnya ialah untuk memuaskan kebutuhan dari konsumen dengan nilai-nilai tertentu. Sebetulnya pertimbangan terakhir mengenai barang dan jasa apa yang harus dibuat oleh perusahaan adalah terletak pada konsumen. Konsumen akan memberikan pertimbangan mengenai seberapa jauh kebutuhannyantelah dapat dipenuhi dengan pembelian barang dan jasa tersebut. Diasumsikan bahwa konsumen dapat bertindak rasional , menganalisiskebutuhannya, menentukan persyaratan dalam pemuasan kebutuhan, menilai kemampuan barang dan jasa tersebut untuk memenuhi kebutuhan serta mampu untuk memperkirakan nilai kepuasan tersebut dibandingkan dengan harga atau biaya barang dan jasa itu.

Tujuan perusahaan dapat digolongkan sebagai berikut :

  1. Tujuan Pelayanan Primer

Tujuan primer dari suatu perusahaan adalah pembuatan barang dan jasa yang dijual untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Jadi tujuan primer ini lebih dipengaruhi oleh konsumen/pasar yang dilayani oleh perusahaan yang bersangkutan.

Tujuan primer ini dapat dikaji dari sudut bagian organisasi seperti divisi, bagian atau seksi yang sering disebut unit organisasi. Masing-masing unit itu memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan perusahaan.

Tujuan organisatoris adalah nilai-nilai yang harus disumbangkan oleh masing-,masing kelompok individu yang berada pada bagian yang bersangkutan . sedangkan tujuan operasional merupakan nilai-nilai yang disumbangkan oleh masing-masing tahap dalam suatu unit prosedur kerja secara keseluruhan.

  1. Tujuan Pelayanan Kolateral

Dalam perusahaan besar , hubungan antara masing-masing pihak menjadi semakin jauh, sedangkan masing-masing pihak mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Maka perlu diketahui perbedaan antara tujuan primer perusahaan dengan tujuan individu atau kelompok yang biasa disebut kolateral. Hal ini karena tujuan kolateral akan tercapai apabila tujuan primer dapat dipenuhi terlebih dahulu. Hal tersebut dapat dilihat dari table di bawah ini:

Tujuan Kolateral Pribadi Dari Tujuan Ekonomis

GOLONGAN TUJUAN EKONOMIS
Manajemen Gaji, Bonus, Jaminan hari tua
Karyawan Upah, Gaji
Pemegang Saham Deviden
Serikat Buruh Iuran dan memperjuangkan hak pekerja
Konsumen Harga yang rendah
Pemasok Pesanan, pembayaran
Masyarakat setempat Kesempatan kerja, perkembangan ekonomi
Masyarakat umum Kesejahteraan, donasi rumah ibadah, beasiswa, sponsor
Pesaing Pembagian pasar

 

Disamping tujuan ekonomis seperti tersebut di atas, terdapat juga tujuan pribadi non-ekonomis, seperti keinginan untuk maju, prestise, status, hubungan social, dan lain-lain.

Tujuan kolateral social bersifat lebih luas untuk kepentingan masyarakat, misalkan : membayar pajak meskipun bukan kantor pemerintah, pemberian beasiswa meskipun perusahaan bukan lembaga pendidikan.

  1. Tujuan Pelayanan Sekunder

Tujuan ini merupakan nilai-nilai yang diperlukan oleh perusahaan untuk tujuan primer, tapi secara umum tujuan perusahaan sering dapat berupa :

  • Mencapai keuntungan maksimal
  • Mempertahankan kelangsungan hidup
  • Mengejar pertumbuhan
  • Menampung tenaga kerja

Untuk dapat mencapai beberapa tujuan yang telah diuraikan di muka, maka perusahaan harus pandai dalam mengelola factor-faktor produksi atau sumber daya yang ada dalam perusahaan.

  1. Fungsi-Fungsi Manajemen

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi:

  1. Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tak dapat berjalan.
  2. Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
  3. Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha

Sampai saat ini, masih belum ada konsensus baik di antara praktisi maupun di antara teoritis mengenai apa yang menjadi fungsi-fungsi manajemen, sering pula disebut unsur-unsur manajemen. Penjelasan lebih lanjut dapat dijelaskan di bawah ini :

Planning
Berbagai batasan tentang planning dari yang sangat sederhana sampai dengan yang sangat rumit. Misalnya yang sederhana saja merumuskan bahwa perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Pembatasan yang terakhir merumuskan perencaan merupakan penetapan jawaban kepada enam pertanyaan berikut :

  • Tiindakan apa yang harus dikerjakan?
  • Apakah sebenarnya tindakan itu harus dikerjakan?
  • Dimanakah tindakan itu harus dikerjakan?
  • Kapankah tindakan itu harus dikerjakan?
  • Siapakah yang akan mengerjakan tindakan itu ?
  • Bagaimanakah caranya melaksanakan tindakan itu ?

Menurut Stoner, Planning adalah proses menetapkan sasaran dan tindakan yang perlu untuk mencapai sasaran tadi.

Organizing
Organizing (organisasi) adalah dua orang atau lebih yang bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mencapai sasaran spesifik atau sejumlah sasaran.

Leading
Pekerjaan leading meliputi lima kegiatan yaitu :
• Mengambil keputusan
• Mengadakan komunikasi agar ada saling pengertian antara manajer dan bawahan.
• Memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan supaya mereka bertindak.
Memeilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha mencapai tujuan yang ditetapkan.

Directing/Commanding
Directing atau Commanding adalah fungsi manajemen yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau instruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah ditetapkan semula.

Motivating
Motivating atau pemotivasian kegiatan merupakan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi, semangat dan dorongan kepada bawahan, agar bawahan melakukan kegiatan secara suka rela sesuai apa yang diinginkan oleh atasan.

Coordinating
Coordinating atau pengkoordinasian merupakan salah satu fungsi manajemen untuk melakukan berbagai kegiatan agar tidak terjadi kekacauan, percekcokan, kekosongan kegiatan, dengan jalan menghubungkan, menyatukan dan menyelaraskan pekerjaan bawahan sehingga terdapat kerja sama yang terarahdalam upaya mencapai tujuan organisasi.

Controlling
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

Reporting
Adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan atau pemberian keterangan mengenai segala hal yang bertalian dengan tugas dan fungsi-fungsi kepada pejabat yang lebih tinggi.

Staffing
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga memberi daya guna maksimal kepada organisasi.

Forecasting
Forecasting adalah meramalkan, memproyrksikan, atau mengadakan taksiran terhadap berbagai kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rancana yang lebih pasti dapat dilakukan.

  1. Tingkatan Manajemen

Piramida jumlah karyawan pada organisasi dengan struktur tradisional, berdasarkan tingkatannya.

 

Pada organisasi berstruktur tradisional, manajer sering dikelompokan menjadi manajer puncak, manajer tingkat menengah, dan manajer lini pertama (biasanya digambarkan dengan bentuk piramida, di mana jumlah karyawan lebih besar di bagian bawah daripada di puncak). Berikut ini adalah tingkatan manajer mulai dari bawah ke atas:

  • Manajemen lini pertama (first-line management), dikenal pula dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi karyawan non-manajerial yang terlibat dalam proses produksi. Mereka sering disebut penyelia (supervisor), manajer shift, manajer area, manajer kantor, manajer departemen, atau mandor (foreman).
  • Manajemen tingkat menengah (middle management), mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajemen puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pemimpin proyek, manajer pabrik, atau manajer divisi.
  • Manajemen puncak (top management), dikenal pula dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi perusahaan secara umum dan mengarahkan jalannya perusahaan. Contoh top manajemen adalah CEO (Chief Executive Officer), CIO (Chief Information Officer), dan CFO (Chief Financial Officer).

Meskipun demikian, tidak semua organisasi dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan menggunakan bentuk piramida tradisional ini. Misalnya pada organisasi yang lebih fleksibel dan sederhana, dengan pekerjaan yang dilakukan oleh tim karyawan yang selalu berubah, berpindah dari satu proyek ke proyek lainnya sesuai dengan dengan permintaan pekerjaan.

  1. Peran Manajer

Henry Mintzberg, seorang ahli riset ilmu manajemen, mengemukakan bahwa ada sepuluh peran yang dimainkan oleh manajer di tempat kerjanya. Ia kemudian mengelompokan kesepuluh peran itu ke dalam tiga kelompok, yaitu:

  • Peran antarpribadi
    Merupakan peran yang melibatkan orang dan kewajiban lain, yang bersifat seremonial dan simbolis. Peran ini meliputi peran sebagai figur untuk anak buah, pemimpin, dan penghubung.
  • Peran informasional
    Meliputi peran manajer sebagai pemantau dan penyebar informasi, serta peran sebagai juru bicara.
  • Peran pengambilan keputusan
    Yang termasuk dalam kelompok ini adalah peran sebagai seorang wirausahawan, pemecah masalah, pembagi sumber daya, dan perunding.

Mintzberg kemudian menyimpulkan bahwa secara garis besar, aktivitas yang dilakukan oleh manajer adalah berinteraksi dengan orang lain.

  1. Keterampilan Manajer

 

Gambar ini menunjukan keterampilan yang dibutuhkan manajer pada setiap tingkatannya.

Robert L. Katz pada tahun 1970-an mengemukakan bahwa setiap manajer membutuhkan minimal tiga keterampilan dasar. Ketiga keterampilan tersebut adalah:

  • Keterampilan konseptual (conceptional skill)

Manajer tingkat atas (top manager) harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi kemajuan organisasi. Gagasan atau ide serta konsep tersebut kemudian haruslah dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan atau planning. Oleh karena itu, keterampilan konsepsional juga meruipakan keterampilan untuk membuat rencana kerja.

  • Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill).

Selain kemampuan konsepsional, manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Komunikasi yang persuasif harus selalu diciptakan oleh manajer terhadap bawahan yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan, baik pada tingkatan manajemen atas, menengah, maupun bawah..

  • Keterampilan teknis (technical skill)

Keterampilan ini pada umumnya merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.

Selain tiga keterampilan dasar di atas, Ricky W. Griffin menambahkan dua keterampilan dasar yang perlu dimiliki manajer, yaitu:

  • Keterampilan manajemen waktu

Merupakan keterampilan yang merujuk pada kemampuan seorang manajer untuk menggunakan waktu yang dimilikinya secara bijaksana. Griffin mengajukan contoh kasus Lew Frankfort dari Coach. Pada tahun 2004, sebagai manajer, Frankfort digaji $2.000.000 per tahun. Jika diasumsikan bahwa ia bekerja selama 50 jam per minggu dengan waktu cuti 2 minggu, maka gaji Frankfort setiap jamnya adalah $800 per jam—sekitar $13 per menit. Dari sana dapat kita lihat bahwa setiap menit yang terbuang akan sangat merugikan perusahaan. Kebanyakan manajer, tentu saja, memiliki gaji yang jauh lebih kecil dari Frankfort. Namun demikian, waktu yang mereka miliki tetap merupakan aset berharga, dan menyianyiakannya berarti membuang-buang uang dan mengurangi produktivitas perusahaan.

  • Keterampilan membuat keputusan

Merupakan kemampuan untuk mendefinisikan masalah dan menentukan cara terbaik dalam memecahkannya. Kemampuan membuat keputusan adalah yang paling utama bagi seorang manajer, terutama bagi kelompok manajer atas (top manager). Griffin mengajukan tiga langkah dalam pembuatan keputusan. Pertama, seorang manajer harus mendefinisikan masalah dan mencari berbagai alternatif yang dapat diambil untuk menyelesaikannya. Kedua, manajer harus mengevaluasi setiap alternatif yang ada dan memilih sebuah alternatif yang dianggap paling baik. Dan terakhir, manajer harus mengimplementasikan alternatif yang telah ia pilih serta mengawasi dan mengevaluasinya agar tetap berada di jalur yang benar.

 

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

MODUL 7

ORGANISASI

Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak mungkin bisa lepas dari sesuatu yang dinamakan organisasi, karena memang kehidupan itu adalah wujud nyata dari segala jenis organisasi bentukan Tuhan, yang melibatkan setiap makhluk hidup di dalamnya. Sebagai contoh sebuah peristiwa fenomenal pendaratan manusia di bulan. Tahun 1961, Presiden Amerika Serikat saat itu John F. Kennedy menyatakan suatu tekad untuk mencapai tujuan pendaratan manusia di bulan sebelum akhir dekade, dan pada saat itu belum ada orang yang mengetahui apakah bulan dapat didarati pesawat atau manusia, bahkan saat itu banyak ilmuwan percaya bahwa permukaan bulan itu memliki debu yang halus yang dapat menggelincirkan pesawat ketika mendarat. Jika semua misteri itu dapat diatasi dan tujuan dapat dicapai, maka tugas tersebut akan menjadi salah satu tantangan organisasional terbesar dalam sejarah. Perjalanan ke bulan tersebut memerlukan waktu selama delapan hari dan menempuh jarak 245.000 mil. Pekerjaan yang tidak sempurna dari salah satu anggota organisasi dapat menimbulkan akibat fatal. Proyek yang disebut Proyek Apollo itu dikoordinasi oleh lembaga penerbangan dan auronotika Amerika Serikat (NASA). Sebanyak 400.000 pekerja, 16 perusahaan besar, dan 20.000 subkontraktor bekerja secara mandiri maupun bersama-sama. Pada tahun 1967 terjadi ledakan pada Apollo dan menewaskan sebanyak tiga astronot, kecelakaan tersebut disebabkan adanya desain yang kurang baik serta pekerjaan yang teledor. Akan tetapi hal itu tidak mengendurkan semangat NASA untuk mencapai tujuan, dan akhirnya 20 Juli 1969, Neil Armstrong berhasil mendaratkan kakinya  di bulan yang sekalgus menandakan keberhasilan misi dari NASA. Hal ini merupakan sebuah contoh kemampuan pengorganisasian yang luar biasa. Kesuksesan dalam mengorgansiasikan orang dan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan yang spesifik tercermin pada keberhasilan para astronot untuk menjelajah bulan.

  1. Pengertian Organisasi

Menurut Boone dan Kurtz, organisasi didefinisikan sebagai suatu proses yang orang-orangnya berinteraksi untuk mencapai tujuan. Sedangkan Malayu Hasibuan mengartikan organisasi sebagai proses penentuan, pengelompokan, dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakan oleh Stoner yang mengartikan organsiasi sebagai suatu pola hubungan yang melalui orang-orang dibawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.

Setiap manusia yang memiliki kepentingan dan tujuan yang sama, menciptakan suatu wadah dimana mereka Saling berusaha untuk mewujudkan tujuan tersebut. Dan hal inilah yang menjadi sebab adanya tujuan  dari sebuah organisasi dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Manajer harus menyusun suatu struktur organisasi formal dimana orang-orang dan sumber daya fisiknya dipersiapkan dengan baik untuk melakanakan rencana dan mencapai tujuan keseluruhan. Sehingga definisi dari organisasi mencakup tiga elemen pokok yaitu interaksi manusia, kegiatan mengarah pada tujuan dan struktur.

Kebutuhan akan organisasi meningkat dengan semakin meningkatnya jumlah karyawan, hal tersebut dapat dilihat dalam gambar di bawah ini :

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dari gambar di atas dapat kita lihat bahwa semakin banyak jumlah karyawan, maka dipastikan kebutuhan akan organisasi pun akan meningkat hal ini disebabkan karena dengan semakin banyak jumlah karyawan maka kegiatan koordinasi untuk memastikan bahwa seluruh karyawan memiliki tujuan yang sama menjadi lebih kompleks karena harus kita sadari bahwa tidak semua karyawan memiliki tujuan yang sama untuk mencapai visi dan misi organisasi, terlebih setiap pribadi karyawan pastinya memiliki kepentingan dan motivasi pribadi yang mungkin saja tidak sesuai dengan tujuan bersama yang telah ditetapkan. Apabila hal tersebut terjadi, maka disinilah peranan penting organisasi untuk selalu membimbing seluruh anggotanya agar berjalan sesuai jalur yang telah ditetapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan bersama.

 

  1. Organisasi Formal dan Informal
  2. Organisasi Formal

Menurut Basu Swastha, organisasi formal merupakan sistem tugas, hubungan wewenang, tanggung jawab dan pertanggungjawaban yang dirancang oleh manajemen agar pekerjaan dapat dilakukan.

Struktur formal ini dibuat untuk pekerjaan yang harus dilakukan dan memberikan suatu kerangka bagi perilaku pekerjaannya.  Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme formal formal sesuai dengan organisasi yang dikelola. Struktur organisasi menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi ataupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis kerja, standardisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran (ukuran) satuan kerja.

Organsisasi formal merupakan bagian yang dapat dilihat pada bagan organisasi. Ada tiga unsur pokok organisasi formal yaitu sistem kegiatan terkoordinasi, kelompok orang, dan kerjasama mencapai tujuan. Sedangkan tiang dasar teori organisasi formal adalah pembagian kerja, proses skalar (hirarki) dan fungsional (horizontal), struktur, dan rentang kendali.

Ciri-Ciri Organisasi Formal diantaranya adalah :

  • Suatu organisasi terdiri dari hubbungan-hubngan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan, blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan.
  • Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas organisasi , dimana tugas tersebut dialirkan diantara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.
  • Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan.
  • Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hirarkis dengan mengambil bentuk umum sebuah piramida, yang menunjukkan setiap pegawai bertanggung jawab pada atasannya atas keputusan-keputusan bawahannya serta keputusannya sendiri.
  • Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tapi tegas yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
  • Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal, yaitu peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang.
  • Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi.
  • Anggota organisasi harus bisa memisahkan kehidupan organisasi dengan kehidupan pribadi.
  • Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis.
  • Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan ekcapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.
  1. Organisasi Informal

Organisasi informal selalu ada dalam setiap organisasi, keberadannya tidak direncanakan, terjadi atas dasar keakraban dan hubungan-hubungan baik menyangkut bidang pekerjaan maupun tidak. Menurut Basu Swastha, organisasi informal adalah suatu jaringan hubungan pribadi dan sosial yang mungkin tidak dilakukan atas dasar hubungan wewenang formal.

Organisasi informal juga merupakan kumpulanm dari dua orang atau lebih yang terlibat pada suatu aktivitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Kenaggotan pada organisasi informal dapat dicapai secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu seseorang menjadi enggota organisasi tersebut.

Organisasi informal terjadi dalam sebuah perusahaan karena adanya interaksi manusia , dan orang akan selalu berinteraksi serta membentuk keakraban. Para manajer seringkali menghendakli agar menjauhkan organisasi informal di tempat kerjanya. Hal ini dapat bertentangan dengan perintah-perintah formal, mendapatkan cara-cara yang tidakd apat diterima dalam  pelaksanaan tugas, atau dapat menimbulkan perubahan-perubahan dari apa yang sedang dilaksanakan.

Organisasi informal tidak selalu menyebabkan jeleknya pelakssanaan kerja. Kadang-kadang organisasi informal justru merupakan cara terbaik untuk memberi informasi yang diperlukan bagi pelaksanaan tugas.

Organisasi Informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

  • Lepas
  • Fleksibel
  • Tidak terumuskan
  • Spontan
  1. Bentuk Struktur Organisasi

Dalam suatu organisasi dengan segala aktivitasnya , terdapat hubungan dianatara orang-orang yang menjalankan aktivitas tersebut. Semakin banyak kegiatan yang dilakukandalam suatu organisasi, makin kompleks pula hubungan-hubungan yang ada. Untuk itu perlulah dibuat suatu bagan yang menggambarkan tentang hubungan tersebut termasuk hubungan antara masing-masing kegiatan atau fungsi. Bagan yang dimaksud adalah bagan organisasi atau struktur organisasi. Yang menjadi dasar dalam organisasi ini adalah pembagian kekuasaan (authority) dan tanggung jawab (responsibility). Ada beberapa bentuk struktur organisasi yang pokok yaitu :

  1. Organisasi Garis

Organisasi bentuk garis di ciptakan oleh Henry Fayol. Pada struktur organisasi ini, wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan secara langsung di tujukan kepada ataan yang memberi perintah. Umumnya organisasi yang memakai struktur ini adalah organisasi yang masih kecil, jumlah karyawannya sedikit dan spesialisasi kerjanya masih sederhana

 

Ciri-Ciri:

Kesatuan perintah terjamin; Pembagian kerja jelas dan mudah dilaksanakan; Organisasi tergantung pada satu pimpinan.

Kebaikan Organisasi Garis :

  • Adanya kesatuan dalam pimpinan dan perintah
  • Pimpinan dapat lebih cepat dalam mengambil keputusan, sebab tidak perlu membicarakannya dengan orang lain.
  • Pimpinan dapat lebih cepat dalam memberikan perintah, sebab perintah tersebut dapat diberikan langsung pada bawahan.
  • Menghemat biaya, sebab pengawasan dari berbagai kegiatan hanya dilakukan oleh seorang saja.

Keburukan Organisasi Garis :

  • Sering terdapat birokrasi yang menghambat jalannya perusahaan.
  • Tidak ada spesialisasi menyebabkan tugas yang berat bagi para petugas sehingga kurang efisien.
  • Kurangnya kerjasama diantara masing-masing bagian.
  1. Organisasi Garis dan Staf

Struktur organisasi ini merupakan struktur organisasi gabungan yang di kembangkan oleh Harrington Emerson. Struktur ini umumnya di gunakan oleh organisasi yang besar, daerah kerja luas, bidang tugas yang beraneka ragam dan jumlah bawahan yang banyak sehingga pimpinan tidak bisa bekerja sendiri, melainkan memerlukan bantuan staf. Staf adalorang ahli dalam bidang tertentu yang bertugas memberi nasihat dan saran kepada pimpinan dalam organisasi tersebut.

Kebaikan Organisasi Garis dan Staf :

  • Pimpinan lebih leluasa dalam memberikan saran terhadap tugas khusus di luar bagiannya.
  • Staf dapat membantu untuk mengatasi berbagai persoalan sehingga akan memperingan pekerjaan dan meningkatkan efisiensi kerja.
  • Staf dapat mendidik para petugas.
  • Adanya kesatuan dalam pimpinan sehingga mencipakan aliran kekuatan dengan jelas.

Keburukan Organisasi Garis dan Staf

  • Kadang-kadang staf tidak lagi memberi saran tetapi perintah, sehingga dapat menimbulkan pertentangan dengan manajer pada bagian yang bersangkutan.
  • Dapat menimbulkan anggapan pada petugas untuk lebih percaya kepada staf daripada atasannya.
  • Staf dapat ikut disalahkan apabila saran yang diberikan tidak memperoleh hasil.
  1. Organisasi Fungsional

Struktur organisasi fungsional diciptakan oleh F.W.Taylor. Struktur ini berawal dari konsep adanya pimpinan yang tidak mempunyai bawahan yang jelas dan setiap atasan mempunyai wewenang memberi perintah kepada setiap bawahan, sepanjang ada hubunganya dengan fungsi atasan tersebut. Setiap pegawai mempunyai pengawas lebih dari satu orang atasan yang berberda-beda.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ciri-Ciri Struktur organisasi fungsional :

Tidak menjamin adanya kesatuan perintah

Keahlian para pengawas dan pegawai berkembang menuju spesialisasi

Penghematan waktu dapat dilakukan karena mengerjakan pekerjaan yang sama

Kebaikan Organisasi Fungsional :

  • Masing-masing fungsi dipegang oleh orang yang ahli dalam bidangnya sehingga terdapat keserasian antara tugas dan keahliannya.
  • Tugas para manajer menjadi lbih ringan dengan danya pembagian fungsi.

Keburukan Organisasi Fungsional :

  • Membingungkan para pekerja karena tidak ada kesatuan dalam pimpinan dan perintah
  • Tidak ada hubungan garis secara langsung dengan atasan
  • Kesulitan-kesulitan yang timbul tidak dapat secara cepat diatasi
  • Kurangnya koordinasi sering menimbulkan perselisihan diantara para manajer.
  1. Komite

Organisasi komite adalah suatu organisasi yang masing-masing anggota mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi komite mengutamakan pimpinan , artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan kolektif/presidium dan komite ini bersifat manajerial. Komite dapat juga bersifat formal maupun informal , komite-komite itu dapat dibentuk sebagai suatu bagian dari struktur organisasi formal, dengan tugas-tugas dan wewenang yang dibagi-bagikan secara khusus.

Sumber : Basu Swastha (2007)

Untuk membentuk Komite haruslah memperhatikan syarat-syarat berikut ini:

  • Suasananya santai dan bersifat informal
  • Semua anggota komite ikut ambil bagian dalam membicarakan tugas-tugasnya.
  • Komite mengetahui tantang tugas-tugas yang dibebankan kepadanya.
  • Masing-masing anggota komite mendengarkan pendapat anggota yang lain.
  • Keputusan diambil secara konsensus
  • Masing-masing anggota bebas mengemukakan pendapat
  • Ketua komite tidak memiliki kekuasaan atas yang lain.

Kebaikan Komite :

  • Merupakan sebuah forum untuk saling bertukar pikiran dan pendapat diantara beberapa anggota.
  • Keputusan ditentukan bersama-sama sehingga dapat memberikan hasil yang lebih baik.
  • Menciptakan koordinasi yang lebih baik lagi.
  • Meningkatkan pengawasan karena macam-macam komite tersebut dapat berhubungan langsung dengan para pelaksana

Keburukan Komite :

  • Kesulitan dalam mempersiapkan pertemuan karena masing-masing anggota sibuk dengan pekerjaannya.
  • Keharusan untuk berkompromi
  • Sering menimbulkan kesimpangsiuran dalam organisasi
  • Tidak mempunyai kekuasaan untuk mendukung saran-saran yang diberikan.

 

  1. Organisasi Matrik

Merupakan struktur, yang menggabungkan struktur fungsi dan produk. Kedua gabungan ini merupakan gabungan terbaik untuk membuat struktur organisasi yang efisien. Ini adalah struktur organisasi yang paling kompleks. Penting untuk menemukan struktur organisasi yang terbaik untuk organisasi, karena penetapan yang keliru akan merusak fungsi organisasi.

Sumber: Basu Swastha (2007).

 

Kebaikan organisasi matrik :

  • Luwes
  • Memberikan metode untuk memusatkan perhatian pada masalah-masalah utama yang spesifik atau persoalan-persoalan teknis yang unik.
  • Memberikan alat inovasi tanpa menganggu struktur organisasi yang ada.

Keburukan organisasi matrik :

  • Beberapa masalah dapat muncul karena pendekatan ini melanggar prinsip kesatuan perintah yang tradisional (satu alasan untuk masing-masing individu).
  • Manajer proyek dapat menjumpai kesulitan dalam mengembangkan tim terpadu dari orang-orang yang berasal dari bagian-bagian yang berbeda.
  • Konflik dapat muncul antara manajer proyek dengan manajer-manajer bagian lain.

 

 

 

Daftar Pustaka:

Alma, Buchari. Pengantar Bisnis. Alfabeta. Bandung. 2009.

Madura, Jeff. Pengantar Bisnis.Salemba Empat. Jakarta. 2001

Swastha, Basu. Pengantanr Bisnis Modern. Liberty. Yogyakarta. 2007.

 

 

 

 


Leave a Reply